wYDCW47if6cKleiypRwqUq9HZh2kI0aAhad9DlQd
Bookmark

Biramanata : ''Hahomion Ni Portibi'' Ruang Ekpresi Musikal Berbalut Industri Budaya

Hahomion Ni Portibi
Biramanata ''Hahomion Ni Portibi''
Oleh: Euis Karmila 

Hahomion Ni Portibi 

sangitaharmoni.comHahomion ni Portibi  karya  Arita Bagja Pramudita. Istilah nama ini diambil dari bahasa Batak yang artinya Hahomion adalah perenungan, meditasi, memaknai dan Portibi adalah alam.  Video klip ini berdurasi 7 menit  yang  berpartisipasi menjadi bagian dari Festival Musik Tradisi yang juga tayang di Indonesiana.tv tahun 2021. gaya video yang diambil selayaknya video klip  seperti yang sering dilakukan mengambil konsep sinematik. Lokasi  syuting video klip ini berada di Toba Caldera UNESCO Global Geopark, Geosite Taman Eden & Geosite Situmurun, Toba  Sumatera Utara.  Karya ini mengangkat tema mengenai musik tradisi Suku Batak. Di mana isinya adalah doa dan harapan untuk keselamatan Danau Toba. Adapun alat musik yang ada didalamnya diantaranya dogdog, terbang, kecapi, suling, tarompet, kempul, bonang, tarawangsa, gitar.
Hahomion Ni Portibi, inspirasi Horja Bius

Sinopsis Karya

Karya ini menceritakan tentang sebuah perenungan terhadap alam, memaknai alam secara mendalam, yang  terinspirasi dari kegiatan pesta Horja Bius, yang dinamakan Ritual Hahomion. Pada hakikatnya alam dan setiap komponen yang bernaung di dalamnya diyakini berasal dari Tuhan itu sendiri. Tuhan telah merancang tatanan ekosistem yang begitu indah dan saling berkesinambungan satu sama lain. Alam diciptakan sebagai media setiap makhluk hidup untuk mengembangkan diri dan menjalankan kegiatannya sehari-hari. Melalui alam, kita bisa merasakan kehadiran dan penyertaannya yang begitu nyata di kehidupan kita umat manusia. 

Sekilas Tentang Ritual Horja Bius 

Upacara Horja Bius sebagai  upacara ucapan syukur kepada leluhur atas upayanya dalam membuka desa bagi warga setempat dengan mempersembahkan hewan-hewan pilihan atau lebih tepatnya kerbau pilihan, yang selalu diiringi dengan upacara Manghalat Horbo. Upacara ini dilakukan menurut kepercayaan warga yang masih memegang teguh budaya habatakon percaya bahwa  terdapat 3 elemen utama suku Batak Toba yang mengatur sistem kemufakatan, yaitu Huta, Horja dan Bius. Huta secara harafiah diartikan sebagai suatu kelompok perhimpunan.Berkaitan dengan marga, setiap huta memiliki pemimpin yang disebut Raja Huta. Horja memiliki arti dalam Batak Toba, yang memiliki hubungan dengan Bius, Horja adalah suatu perhimpunan yang terdiri atas beberapa Huta (bisa terdiri dari 10-15 huta dalam satu Horja). Adapun arti lain menurut Batak Angkola dan Batak Mandailing bahwa Horja itu bisa memiliki hubungan dengan pesta pernikahan. Bius artinya perwakilan dalam musyawarah adat yang menghubungkan antara Raja Huta dan Horja. Pada pergelaran pesta  Harjo Bius, terdapat upacara ritual yang dinamakan Hahomion. Ritual Hahomion merupakan ritual sebagai bentuk pemujaan kepada roh leluhur atau nenek moyang yang berkaitan dengan kekuatan gaib, caranya dengan memberikan persembahan atau sesajen. 
Horja Bius, Inspirasi Hahomion Ni Portibi
(Sumber Dokumentasi: infobudaya.net, terupload pada 18 Mei 2021)
Dilansir dari infobudaya.net bahwa tujuan ritual Hahomion, sebagai bentuk permohonan untuk penjagaan,kepada Mulajadi Na Bolon yang senantiasa  memberi kedamaian, kemakmuran bagi kehidupan manusia.Horja Bius memiliki  beberapa ritual diantaranya Ulaon Hahomion, Tortor Tunggal Panaluan, Tortor Parsiarabu, Marjoting, Pajongjong Borotan, Makharikkiri Horbo, ditutup Mangalahat Horbo. Ulaon Hahomion berisi ziarah ke tambak (makam) Dolok Ompu Raja Sidabutar dan mangalopas tu mual natio.Tahapan upacaranya adalah  Ziarah kubur penyajian sesajen seekor kambing yang dimasak dan dipotong sesuai potongan sendi tulang, juga ayam putih dan merah jantan, sagu-sagu, itak nani hopingan, itak gurgur, assimun, anggir pangurason dan aek naso ke mida mataniari. Semua persembahan dijunjung oleh perempuan Batak yang mengenakan Ulos. Gondang Sabangunan mengiringi arakan menuju makam. Aroma kemenyan yang telah dibakar menyambut, mengundang kehadiran sosok dan kekuatan gaib untuk hadir dan menyatu dalam ritual. Sajen diletakkan di atas makam, sembari mangalopas tu mual nation atau melepaskan ayam putih ke Danau Toba. 

Sedangkan  Manghalat/Mangalahat Horbo, yakni mempersembahkan kerbau pilihan yang ditambatkan pada ‘borotan’ (batang kayu yang ditancapkan) ‘Marsatti’ (membuat persembahan) sekaligus ‘Mangaliat’ (manortor berkeliling) lalu kerbau/horbo tersebut disembelih.  Mangalahat Horbo mempunyai tiga tujuan yakni,  sebagai upacara turun ke sawah, ucapan rasa syukur dan meminta keturunan,  upacara peringatan orangtua yang sudah meninggal dunia. Setelah proses penyembelihan selesai, kemudian daging kerbau dibagikan kepada tuan rumah, dan warga yang berhak menerima sesuai aturan  adat. 

Realitas Musik Sebagai Ruang Harmonisasi Keseimbangan Alam

Membicarakan tentang musik, hidup adalah   musikal yakni jalan bagi manusia untuk sepenuhnya  mengekspresikan perasaannya, emosinya.  Musik mengisi masa dengan kehidupan antusiasme, emosi dan gairah, adalah musik. Musik adalah sesuatu yang memberi manusia kekuatan dan tenaga. Musik sebagai miniatur keseluruhan keharmoisan alam semesta, karena keharmonisan alam semesta adalah musik itu sendiri. Alam ini memiliki irama dan ritmenya sendiri. Ritme sebagai  bahan dasar  dari musik menjadi peran yang penting sebagai salah satu komponen simponi. Inayat Khan juga menyebut bahwa musik merupakan bagian dari Cinta Harmoni Keindahan. Karena ketika dasar tindakan cinta maka yang lahir adalah harmoni orang cinta selalu memberikan yang terbaik pada yang dicintai. Musik sebagai dasar eksistensi semesta. Karenanya perbuatan dan gerak duniawi semuanya bersifat musikal. Perbuatan dan gerak duniawi semuanya bersifat musikal. Musik disebut sangita dalam bahasa sansekerta, melambangkan tiga subjek, menyanyi, memainkan dan menari. Ketiganya ada dalam setiap tindakan. Misalnya dalam''berbicara'' ada suara seperti nyanyian, ada permainan kata seperti permainan musik dan gerak tubuh (mulut-wajah) seperti menari.  Oleh karenanya, musik bisa langsung menyentuh jiwa, menanamkan makna. Musik bisa mengekspresikan makna, bisa menyentuh jiwamu. Jadi kalau kamu menjelaskan susah, cari nada, cari irama, yang cocok untuk menyampaikan. Ketika kita mendengarkan musik ceria bisa ikut ceria, ketika musiknya syahdu mendayu-dayu bisa ikut baper atau terbawa suasana, ketika musiknya sedih  bisa ikut nangis, itu yang menjadi kelebihan musik. 

Kadang musik itu syair bunyi nya apa peduli amat, tapi di dalam musik dapat menghadirkan nuansa pengalaman. Maka dari itu, sains tidak bisa mengukur kedalaman makna. Karena makna  adanya di rasa. Bagian terluar musik mungkin masih bisa dijelaskan oleh sains. Terkadang seni, pertunjukan, punya keterbatasan untuk sains masuk  dalam menganalisa. Bahkan puisi sekalipun punya keterbatasan, ia butuh kungkungan kata-kata untuk mengukur kedalaman makna.  Maka dari itu beberapa filsuf sepakat bahwa kedudukan paling tinggi, bagian yang paling cepat menyentuh jiwa dan mengekspresikan makna adalah musik. Lebih dari itu ada yang disebut dengan getaran atau vibrasi. Ketika orang menguasai ilmu tentang getaran (vibrasi) ia mengetahui tentang segala hal. Bahkan dalam diri manusia, sampai detail paling kecil itukan ritme musik, detak jantungmu, denyut nadimu, irama hatimu, didalamnya  ada vibrasi ada ritme, ada nada. Musik dan harmoni jadi penciri alam semesta termasuk manusia. 

Secara eksistensial, manusia terdapat sebuah irama abadi  yang terus menerus, yang merupakan tanda kehidupan dalam dirinya, semua irama yang dinyatakan dalam denyut nadi, detak jantung, bahkan hati. Musik sangat erat hubungannya dengan irama hidup manusia. Ada jenis bunyi tertentu  yang memberi efek buruk pada syaraf dan ada pula yang memberi efek menenangkan, menyembuhkan dan memulihkan. Para sufi di masa lalu biasa mengembangkan seni musik untuk memunculkan keseimbangan hidup, dan dikenal dengan  nama sama'.Sama' ini dikenal sebagai semacam meditasi, untuk memberi efek tertentu. Ada yang berpendapat bahwa dengan musik  sebagai ekstase,  artinya didalamnya ada kebebasan yang mana dapat dikatakan bahwa  suara  memang tidak terikat oleh bentuk dan suara tidak memunculkan objek apapun di depan kita. Hal tersebut  menurut pendapat beberapa filsuf  mengatakan bahwa musik  bisa mengenali Tuhan bebas dari segala bentuk dan pemikiran. Ketika itu dijadikan sebagai puncak spiritual sebagai meditasi, seperti  halnya Zen Buddhisme. Karena ketika musik masuk ditelinga, masuk dikepala, kita langsung bisa menjangkau yang diinginkan. Dengan musik itu kan situasi jiwamu bisa cocok kompatible dengan apa yang diinginkan oleh musik tanpa kamu harus menggambarkan membayangkan. Secara tidak langsung dari musik menjadi inisiasi merasa tercerahkan bagi yang mendengarkannya.

Apa yang tidak bisa disampaikan oleh ilmu pengetahuan; seni dapat mencoba menjelaskan apa yang tak tersampaikan oleh seni; misalnya keras disuarakan oleh puisi. Namun saat puisi tak mampu menjelaskan kata musik mampu mengekspresikan makna  siapapun yang  memahami misteri getaran, ia tahu segala hal. Keterbatasan ilmu pengetahuan kalau kata orang barat adalah positivistik, dia hanya bisa menjelaskan yang bisa dijangkau oleh akal yang bisa diserap oleh pancaindra,  diluar itu ga bisa.  Maka tidak banyak hal yang bisa dijangkau oleh ilmu, nah jalannya pakai apa, yaitu pakai seni. Misalnya dimensi rasa, benciku padamu, sayangku padamu, itukan tidak bisa dijelaskan oleh sains. tetapi pakai bahasa seni bisa dilakukan. 

Analisis Karya Hahomion Ni Portibi

Melodi-melodi tradisi khas Sunda berikut alat musik pengiringnya  dan garap kontemporer yang dipadukan dengan berbagai elemen instrumen  membentuk satu harmonisasi. Musik ini memiliki nuansa dari  gabungan  Sunda, Sumatera Utara, China, India. Musik dengan nuansa kemenangan, ucapan rasa sukur ini menjadi pendukung dalam setiap ritmenya. 

Peran alat musik yang ada didalamnya seperti dogdog, terbang, kecapi, suling, tarompet, kempul, bonang, tarawangsa, gitar memiliki kekuatan tersendiri sebagai unity dalam harmonisasi. Seperti  tarawangsa sebagai alat musik gesek yang dipakai sebagai upacara ritual ngalaksa di Rancakalong, dengan warna musik Sundanese mewakili sebagai konsep musik ritual. Selain itu, aksen melodi suling yang menjadi perhatian diperkuat disetiap part, karena mengingat pengkarya adalah seorang yang ahli dibidang waditra tersebut menjadi identitas pengkarya dalam membuat suatu komposisi garap musik. Adapun penambahan alat musik strings gitar untuk mengcover  kecapi sebagai melodi pokok, mewakili unsur kontemporer dalam garap musik yang disajikan. 

Beberapa spot adegan dalam video ini  mengambil dari  beberapa konsep Horja Bius, agar terkesan masih ada unsur tradisi.  Seperti, Anggir pangurason yakni air yang dicampur dengan jeruk purut, bunga raya dan dedaunan untuk penawar dan bahan lainnya kemudian ditaruh dalam wadah berupa cawan putih. Walaupun didalam video hanya berisi jeruk dan mangkuk putih. 
Hahomion Ni Portibi, Inspirasi Horjo Bius

Perlengkapan pakaian untuk semua peserta upacara adalah memakai pakaian adat Batak Toba (Ulos). Bagi perempuan, Ulos diselempangkan atau diselendangkan sebagai pengganti baju, sedangkan bagi laki-laki, Ulos disarungkan dan diselempangkan tanpa baju. Bagi orang tertentu memakai ikat kepala menunjukkan kedudukan dalam pranata sosial. Khusus Datu memakai pakaian baju berwarna hitam, yaitu melambangkan bahwa Datu tersebut seolah-olah bertindak sebagai perlambang kehadiran Debata Batara Guru (salah satu dari Debata Na Tolu) yang merupakan wujud pancaran kasih Debata Mulajadi Na Bolon perihal kebijakan, sementara pada kepala memakai ikat kepala berwarna merah, yakni melambangkan Debata Bata Bulan yang merupakan wujud pancaran kasih Debata Mulajadi Na Bolon perihal kekuatan. Namun kostum  yang digunakan pengrawit disini hanya mengambil konsep iket dan atasan pangsi mengambil culture adat Sunda. 

Hahomion Ni Portibi, Inpirasi Horjo Bius

Perlengkapan lainnya adalah “Dupa” tempat membakar kemenyan, yakni wadah yang diisi abu, bara api, dan ditaburkan kemenyan sedikit demi sedikit. Aroma khas kemenyan dimaksudkan untuk mengundang kehadiran mahluk gaib/kekuatan gaib untuk hadir dan menyatu dalam ritual yang dilaksanakan.

Dalam perlengkapan ritual upacara Horja Bius ada yang disebut Pergondangan, yaitu menyiapkan satu gordang (gondang besar), 5 buah topong (gondang yang ukurannya lebih kecil), 1 buah kesik (hesek-hesek), dan 2 buah ogungdoal (Gong), ogung ihutan dan 1 ogung oloan panggor, dan 1 buah sarune. Kemiripan alat musik dogdog  mengambil konsep mirip alat musik gordang.  Pada dasarnya memang semua alat musik di Nusantara  memiliki kemiripan  fungsi dan bentuk, namun yang membedakan adalah ambiens atau suara yang dihasilkan memiliki identitasnya tersendiri. 
Hahominon Ni Portibi, inspirasi  Horja Bius

 Selain itu, sosok wanita yang memainkan baju nya yang berwarna putih  sebagai wujud simbol kesakralan, simbol penjaga hutan, atau bisa juga tuhan, yang kaitannya dengan dunia spiritual.
Hahomion Ni Portibi, inspirasi Horja Bius


Part terakhir dalam garap musik ini ditutup dengan mantra, sebagai kekuatan dalam musik ini adalah diucapkan secara bergantian atau sahut-sahutan, sehingga terdengar seperti gema atau mengambil konsep delay dan reverb.  Adapun doa atau mantra yang diucapkan adalah:

Napuran tano-tano 
(sirih menjalar di tanah)
Rangging masiranggongan 
(menjalar saling tindih-menindih)
Badanta padao-pado 
(tubuh kita memang berjauhan)
Tondinta i masigonggoman 
(jiwa kita saling berdekatan)

Eme si Tamba tua 
(padi yang menunduk)
Parlinggoman ni si borok 
(tempat perlindungan berudu)
Tuhanta na martua 
(tuhan kita yang esa)
Sudena Hita diparorot
 (kita semua dilindungi)

Hahomion Ni Portibi, inspirasi Horja Bius

Sebetulnya simbol-simbol yang berusaha ditampilkan tidak bisa menjadi patokan bahwa itu menggambarkan apa yang terjadi.  Tetapi  dengan kata lain, apa yang  tersembunyi dibalik simbol tersebut  mampu menembus bentuk yang dijadikan simbolnya atau transdental (Soedarsono, 2006).  

Di Era Kapitalisme, bagian komodifikasi budaya ini menjadi salah satu bentuk untuk mendukung potensi pariwisata Danau Toba sebagai tujuan wisata kelas dunia yang mana ini adalah bagian dari konsep industri budaya juga termasuk industri media. Memang bisa dikatakan bahwa produksi budaya ketika dalam industri media telah lepas dari nilai seni budaya tersebut. Seperti halnya; film, musik, radio, majalah yang tidak lagi memiliki nilai seni, namun lebih kepada nilai ekonomi yang diproduksi secara massal sehingga menambah profit industri media. 
Adorno secara tegas menganalisis logika di balik produksi budaya melalui adalah media massa, seperti film dan radio.  Adorno juga berpendapat bahwa:
Dampak menyeluruh industri budaya salah satunya adalah anti-pencerahan, di mana sebagaimana telah dikemukakan oleh Horkheimer maupun saya sendiri, pencerahan, yaitu dominasi teknis progresif, menjadi sebuah penipuan massal dan diubah menjadi suatu alat untuk membelenggu kesadaran. Pencerahan menghalangi perkembangan mandiri, individu-individu bebas yang menilai dan memutuskan secara sadar untuk diri mereka sendiri... sekalipun menghambat keikutsertaan di mana manusia sama matangnya dengan kekuatan-kekuatan produktif yang memperbolehkan zaman baru. (Adorno: 1991; hlm. 92)
Dalam ranah industri budaya, konsep Hahomion Ni Portibi menyajikan aspek  musikal lebih condong ke arah kemaritiman. Karena seperti yang sering kita ketahui bahwa kemaritiman identik dengan perahu, air, kelautan. Mungkin mengambil juga konsep  nenek moyang kita seorang pelaut. Karena keindahan alam yang mencolok yang ditampilkan dalam setiap transisi, sesuai dengan konsep menjaga kemurnian alam, dari setiap sisi kehidupan. Pengambilan video dan gambar pada karya ini memang memanjakan mata, penonton diajak melihat panorama  keindahan alam. 

Terimakasih telah membaca....Salam Literasi😊🙏

*Note: Sumber Dokumentasi Penulis didapatkan dari Indonesiana.tv, Youtube Channel Biramanata, dan Komposer Arita Bagja Pramudita



Posting Komentar

Posting Komentar