Penciptaan Teater Surealis, Gambar Untuk Mama |
sangitaharmoni.com-Pertunjukan karya ini berlangsung di Gedung Kesenian Sunan Ambu yang dilaksanakan pada 28 Desember 2022 pukul 19.30 WIB. Dalam rangka Ujian Akhir Semester Studio 1 Penciptaan, Pascasarjana ISBI Bandung. Penciptaan teater dengan gaya Surealis karya Yeni Sari Ovikawati, membuat apresiator terharu dan terbawa emosional. Karena hubungan ibu dan anak yang sangat melekat dengan realitas pada masa kini tentang teknologi yang mengalihkan quality time bersama keluarga berkurang. Pemanfaatan teknologi sebagai media inspirasi berkarya menjadi wajah-wajah baru dalam setiap adegannya.
Cara berekspresi melalui media visual seperti lukisan menjadi pilihan premis yang kemudian dibangun dengan strategi dramaturgi yang mengarah ke bentuk teater surealis. Hal ini diasumsikan bisa menghantar cara parenting dan menjaga kedekatan antara ibu dan anak dengan pendekatan intermedialitas. Intermedialitas, menurut Chiel Kattenbelt (dalam Irianto, 2022), intermedialitas adalah konsepsi perpaduan bentuk pertunjukan konvensional dengan teknologi terkini. Hal tersebut bisa dilihat di komposisi panggung, perpaduan dengan teknologi terkini, serta pencampuran antara ilusi dengan fakta (sebagai simbol hubungan fisiologis dan psikologis) diproyeksikan untuk menjalin hubungan antara spektator dengan spektakel. Istilah intermedialitas digunakan untuk membedakan dengan transmedialitas (transposisi bentuk karya) dan multimedialitas (penggunaan gambar, kata, suara, dan sebagainya dalam satu bentuk pertunjukan). Sehingga perasaan subjektif yang dirasa pengkarya bisa disampaikan sepenuhnya pada penonton. Memproyeksikan pola asuh (parenting) yang terpengaruh nilai-nilai budaya Jawa dengan pertunjukan yang surealis dan intermedialitas, adalah strategi dramaturgi yang dipilih pengkarya untuk lebih dekat dengan pemirsa hari ini.
Sinopsis karya:
Kisah dari karya ini terjadi ketika sang anak dibawa liburan oleh saudara-saudaranya. Sang Ibu yang ditinggal sendiri merasa rindu pada anaknya. Rasa rindu tersebut membuat si Ibu demam, dan pada saat demam ini sang ibu mendapatkan pengalaman imajinatif ketika berhadapan dengan gambar-gambar anaknya. Pengalaman imajinatif dalam demam sang ibu ini adalah dialog imajiner dan kisah ibu dan anak yang berlangsung sepanjang pertunjukan. Dalam pengalaman imajinatif ini hadir penggalan-penggalan kisah yang terangkai dalam suasana nyata dan tidak nyata. Kisah ini kemudian ditutup seiring dengan kesembuhan sang ibu dan kedatangan anaknya dari liburan.
Karya ini sangat memanjakan mata dengan tampilan-tampilan multimedia, karya-karya Jago yang ditampilkan dilayar membuat penonton tidak bosan untuk menonton. Sehingga tidak ingin kehilangan moment sedikitpun. Karya ini juga membuat penonton mengingat masa kecilnya, karena audio dialog ibu dan anak kecil yang terngiang-ngiang menjadi ciri khas, menjadi moment yang manis.Visualisasi yang tergambar, mudah dipahami selain itu memang pertunjukan ini bisa dinikmati oleh semua kalangan. Karena suasana sengaja dibangun untuk mendapatkan kesan senatural mungkin sesuai issu yang melekat dalam kehidupan sehari-hari, seperti sedang menonton sinema keluarga.
Dalam pertunjukan ini, issu gadget setidaknya bukan hal yang negatif. Pemanfaatan teknologi tidak selamanya membawa dampak buruk kepada anak. Tetapi peran seorang ibu mencoba tidak membatasi anak untuk aktif dalam sosial media seperti menonton youtube, bermain game, selama masih dalam tahap yang wajar dengan batasan tertentu dan pantauan orang tua, agar tidak terkontaminasi oleh hal-hal yang bukan tontonan atau mainan yang bukan seusianya.
Namun sangat disayangkan kemunculan Jago hanya masuk ketika di akhir scene. Karena ditakutkan mungkin akan melupakan dialog. Sehingga peran jago digantikan oleh orang dewasa. Maka dari itu, bagian Jago ketika diperankan oleh pemeran pengganti terasa kurang. Tetapi ketika gongnya, diakhir jago masuk semua penonton ikut menangis haru, karena hubungan emosional yang terbangun antara ibu dan anak sampai pada penonton. Sehingga penonton ikut merasakan apa yang sedang dirasakan oleh pengkarya.
Musik dalam garapan penciptaan teater ini, alangkah lebih baik jika dilakukan secara live akan sangat puas. Unsur teaterikalnya akan lebih terasa. Disisi lain karena panggung ini adalah panggung procenium, sangat disayangkan jika musik tidak live. Penempatan artistik dalam karya ini, sudah menggambarkan dan sesuai dengan ide cerita yang dibawakan dan lebih imajinatif. Hanya saja kostum yang dipakai oleh peran seorang ibu yaitu Yeni, alangkah lebih baiknya mungkin bisa memakai dress agar lebih terlihat feminim, dan terlihat lebih anggun. Tetapi hal itu tidak terlalu menjadi masalah selama peran seorang ibu sangat menjiwai sesuai dengan pengalaman empiris.
Tokoh seorang Ibu yang terbawa pada imajinasi atas gambar-gambar ciptaan anaknya. Karya ini merupakan karya kolaborasi antara teater dan seni rupa, pada bagian tertentu diberi sentuhan musikal. Karya kolaboratif yang dikemas dalam seni pertunjukan, perpaduan antara seni teater dan seni rupa yang dominan dalam perwajahan panggung. Gagasan karya ini terinspirasi dari bakat menggambar dan melukis sejak dini Sri Jago Asoka Rama sebagai anak dari pengkarya yaitu Yeni Sari Ovikawati. Sumber penciptaan dari karya yang penulis akan ciptakan berangkat dari pengalaman pribadi pengkarya dalam hubungan atau ikatan emosional antara ibu dan anak ketika bersentuhan dengan dunia penciptaan karya. Penciptaan karya ini berjudul “Karya Seni Pertunjukan Teater Visual; Kolaborasi Ibu dan Anak”. Dalam penciptaan ini akan dikaji beberapa hal mengenai cara atau teknik proses, pengaruh ikatan emosional ibu dan anak dan wujud dari bentuk kolaborasi tersebut. Struktur dari penciptaan karya ini mengacu pada struktur dramatik yang biasa menjadi acuan para dramawan yang terbagi menjadi lima bagian yaitu: exposisi, rising action, komplikasi, klimax, resolusi.
Kaitan dengan sosio-kultural juga menjadi indikator dalam perspektif biopsikososial. Dalam perspektif budaya Jawa, hubungan antara ibu dan anak sudah terjalin sejak anak masih di dalam kandungan. Bimbingan moral dan injeksi nilai-nilai budaya Jawa sudah ditanamkan sejak anak masih berusia sangat kecil, bahkan baru mulai belajar berbicara. Anak-anak juga sudah diajarkan untuk memelajari berbagai hal, yang berkaitan dengan moral, kecerdasan, termasuk cara berekspresi (Geertz, 1983).
Gambar Untuk Mama adalah karya yang merefleksikan kedekatan ibu dan anak, kerinduan seorang ibu yang jauh dari anaknya, ibu yang mencintai anaknya, menjadi alasan seorang ibu bertahan. Emosional yang dituangkan kedalam karya. Dari kacamata penonton, karya ini manis dan terasa lebih hangat ketika ditonton bersama orang terkasih.
Posting Komentar