wYDCW47if6cKleiypRwqUq9HZh2kI0aAhad9DlQd
Bookmark

Film ”The Little Mermaid” Mendobrak Stigma Kekuasaan ”Body Shamming”

Review film the little mermaid
The Little Mermaid

Oleh: Euis Karmila

sangitaharmoni.com-Film  ”The Little  Mermaid”  adalah film  bergenre adventure, fantasy, family juga terdapat drama musikal. Film ini berdurasi 2 jam 15 menit yang di sutradarai oleh Rob Marshall.  atau Robert Doyle Marshall Jr. Lahir pada 17 Oktober 1960. Ia adalah seorang sutradara, produser, dan koreografer film dan teater Amerika. Dia terkenal karena menyutradarai versi film musikal Broadway Chicago, yang didasarkan pada lakon dengan nama yang sama oleh penulis naskah Maurine Dallas Watkins. Karyanya dalam film tersebut membuatnya memenangkan  Directors Guild of America Award untuk Penyutradaraan Terbaik – Film Fitur, dan mendapatkan nominasi Academy Award untuk Sutradara Terbaik, Golden Globe Award untuk Sutradara Terbaik, dan BAFTA Award untuk Sutradara Terbaik.

Sinopsis Film: 

” Anak bungsu dari putri Raja  Triton, dan yang paling menantang, Ariel ingin mengetahui lebih banyak  tentang dunia di luar laut, dan saat mengunjungi permukaan, jatuh cinta pada pangeran  Eric yang gagah dan tampan. Dengan putri duyung  yang dilarang berinteraksi dengan manusia, Ariel membuat  kesepakatan dengan penyihir laut jahat, Ursula, yang memberinya kesempatan  untuk  mengalami kehidupan di darat, tetapi pada akhirnya membahayakan  nyawanya dan mahkota ayahnya.”

Alur Film

Ariel selalu menggambil barang-barang manusia yang berada di kapal yang tenggelam di dasar laut kemudian ia koleksi dan dikumpulkan, tanpa sepengetahuan ayahnya. Namun kepiting sebagai cepu mengetahui hal tersebut sehingga keceplosan mengatakan apa yang ia lihat kepada yang mulia Raja Triton, hingga pada puncaknya ketika Ariel  menyelamatkan pangeran dari badai di lautan ketika penasaran dengan dunia manusia.  Ketika sudah di tolong  pangeran tidak melihat terlalu jelas siapa muka gadis itu yang menolongnya, namun merasakan alunan nada yang merdu  merasuk ke dalam hatinya.  Lalu kemudian  warga membawa pangeran ke kerajaan. Ariel bersembunyi sebelum warga melihat dia, kemudian menatap dari kejauhan sambil penasaran dengan dunia manusia. Singkat cerita, Ariel pun membuat kesepakatan dengan  penyihir laut jahat, agar ia bisa pergi kedaratan namun dengan syarat kehillangan suaranya alias bisu. Karena dibutakan oleh cinta akhirnya Ariel menyetujuinya. tetapi satu hal yang Ariel tidak ketahui bahwa kutukan bisu bisa hilang hanya ketika Ariel dan Pangeran berciuman.  Ketika sampai di daratan, pangeran tidak mengenali  Ariel, tetapi walaupun demikian akhirnya mereka berteman, dan pangeran jatuh hati padanya. Karena sebelumnya pangeran mencari orang yang telah menolongnya dari badai laut yang sangat besar dan tidak tahu itu adalah Ariel yang menyelamatkannya, beberapa hari ia berusaha mencarinya namun tidak ketemu. Sampai akhirnya ketika Ariel hadir dengan sosok manusia ia tidak mengenali. Tetapi hati pangeran merasa dekat dengan dia dan jatuh cinta. Karena hal tersebut penyihir khawatir dan selalu menggagalkan agar Ariel dan Pangeran tidak berciuman. Hingga suatu hari pangeran dijodohkan dengan seorang wanita cantik yang ternyata itu adalah penyihir jahat yang menyamar. Ariel lari, mengurung diri, kecewa kepada pangeran. Sampai pada suatu ketika pangeran tunangan dengan wanita itu, ternyata Ariel tahu niat wanita itu jahat. Kemudian ia merebut  kalung yang dipakai oleh penyihir itu karena didalamnya ada kekuatan yang bisa  mengembalikan suaranya yang hilang. Ketika suaranya kembali penyihir menunjukan rupa aslinya kemudian  membawa Ariel ke dasar laut setelah membuat kerusuhan di dunia manusia.  Lalu ayahnya Ariel tahu dan menyusul penyihir jahat itu, sehingga penyihir itu dengan liciknya membuat kesepakatan untuk menukarnya dengan mahkota dan tongkat agar bisa menguasai kerajaan lautan. Lalu ayahnya memberikannya, kemudian  penyihir tersebut ingkar janji dan menyihir ayahnya Ariel. Ariel bersama pangeran berusaha menyerang  penyihir jahat dengan segala cara dan akhirnya ayahnya bisa kembali  hidup, dan penyihir itu musnah. Akhhirnya demi melihat anaknya bahagia Ayahnya merelakan anaknya  dan mengubahnya menjadi manusia seutuhnya agar dapat menikah  dengan pangeran. Ketika Ariel dan Pangeran akan pergi bulan madu ayahnya  mengatakan sesuatu yaitu ''kamu tidak harus mengorbankan suaramu untuk didengar''.

Dikotomi ''Body Shaming'' Yang Tervisualisasikan 

Disney menciptakan kembali film animasi klasik untuk era film Marvel dengan film Little Mermaid live-action yang disesuaikan dengan selera masa kini. Versi terbaru Little Mermaid memang  berbeda dari versi sebelumnya, yang  memiliki daya pikat dan vitalitas yang unik, dan lantunan lagu sebagai pengisi suara menjadi hal yang tidak asing bagi penonton yang sering menonton film India, bahkan dari negara lain, seperti Barbie. Penambahan adegan yang tidak perlu membuatnya terlalu sederhana. Pemberontakan demi pemberontakan dilakukan Ariel demi untuk menjajahi dunia manusia. 

Teori kepribadian Sigmund Freud menyatakan bahwa upaya untuk memahami kepribadian individu menyebabkan ketegangan atau konflik yang menciptakan energi psikis individu, yang terdiri dari id, ego, dan superego. Id terdiri dari naluri seksual dan agresif yang selalu meminta disalurkan dan bekerja menggunakan prinsip kesenangan untuk mencari pemuasan impuls biologis segera. Ego mengikuti prinsip realita, menunda pemuasan sampai dapat dicapai dengan cara yang dapat diterima oleh semua orang. Sedangkan ketika individu memiliki standar moral  (hati nurani atau suara hati)  semuanya ditetapkan oleh superego. 

Oleh karena itu, ego berfungsi sebagai pusat konflik antara id (naluri agresif dan buas yang tidak peduli dengan norma) dan superego (larangan yang menghambat naluri itu). Selanjutnya, ego masih perlu mempertimbangkan situasi eksternal sebelum mengambil tindakan tertentu. Namun, menurut psikoanalisis Carl Gustav Jung, ego harus menangani dorongan yang berasal dari ketidaksadaran kolektif (aluri-naluri yang berasal dari pengalaman generasi sebelumnya) dan ketidaksadaran pribadi (pengalaman pribadi yang diredam dalam ketidaksadaran). Menurut Erikson, yang paling penting bukanlah konflik antara id dan superego atau dorongan seks. Karena pada dasarnya manusia adalah makhluk rasional dengan ego yang mengontrol pikiran, perasaan, dan perilaku mereka. Oleh karena itu, ego adalah sesuatu yang bergerak aktif, dan menjadi pendorong utama kepribadian yang dapat mempengaruhi faktor sosial dibandingakn dorongan seksual. 

Berdasarkan pernyataan di atas, kita mungkin tidak menyadari bahwa tekanan membuat kita lebih kreatif. Ini karena, meskipun terlihat seperti kita dipaksa untuk berpikir, kreativitas tersebut ternyata dapat membantu memecahkan masalah dengan teliti. 

Pemeran Ariel The Little Mermaid, Halle Bailey sebagai Ariel
Halle Bailey sebagai Ariel

Pemeran The Little Mermaid,  Jonah Hauer-King sebagai Pangeran Eric
  Jonah Hauer-King sebagai Pangeran Eric

Dalam film ini, terdapat propagana yang ingin disampaikan diantaranya, mendobrak stigma tokoh utama cerita  yang anti tesis, artinya tidak sesuai dengan harapan penonton, bahwa peran tokoh utama wanita biasanya cantik, kulit putih, tapi dalam film ini menjadi kebalikannya.  Begitupun dengan tokoh antagonis dalam  film ini,  peran menjadi terbalik, yang cantik  malah menjadi  tokoh jahat. Tetapi untuk pemeran  tokoh utama laki-laki  tetap pada konsep putih dan tampan. Bagi sebagian orang yang menonton, mungkin itu tidak sesuai dengan ekspektasi mereka, yang pada akhirnya akan mengarah ke sentimentil.  Karena melihat hanya pengecualian aktor wanita berbalik posisi. Artinya, ada  pembuktian  yang ingin disampaikan  dalam hal ini maksud terselubung dari selain pemilihan tokoh, juga latar tempat  sasaran film tersebut. Latar tempat yang ada dalam film ini juga seolah menguatkan bahwa masyarakat baik luar atau dalam masih  ada stigma yang cantik adalah putih, dan yang putih selalu menjadi tokoh peran utama atau peran penting dalam apapun itu. Mungkin saja  di wilayah tersebut masih ada diskriminasi antara kulit putih dan hitam.  Sebetulnya cantik atau tidaknya seseorang sangat subjektif dan tergantung dari siapa yang memandang. Setiap orang mempunyai pandangannya sendiri, mana  yang diklasifikasikan dalam kategori cantik dan tidak. Hal tersebut tidak perlu diperdebatkan. 

Pulau Sardinia, lokasi syuting The Little Mermiad
Pulau Sardinia 

Dari film ini, ada hal yang tervisualisasikan yang ingin disampaikan pada masyarakat yang masih menilai standar kecantikan adalah berkulit putih. Karena faktanya  seperti di Bali, beberapa pengunjung atau turist sengaja berlibur ke pantai untuk mengitamkan kulit dengan berjemur di tengah terik matahari. Sebagian isu yang menyatakan bahwa untuk menarik lawan jenis yang berasal dari mancanegara. Tetapi  mungkin bisa jadi penilaian seperti di masyarakat Afrika, cantik itu kulit hitam, cantik itu rambut kriting. Semuanya menjadi sah-sah saja, yang menjadi masalah adalah ketika ini menjadi perpecahan antara ras kulit putih dan kulit hitam yang saling egois dengan ideologinya. Menganggap sesuatu dari hanya yang terlihat secara fisik, dan mengejek hal lain dengan standar ideologi berdasarkan egoisme diri sendiri. 

 Lokasi syuting ini dilansir dari kompas.com, berada di Sardinia yang merupakan pulau kedua terbesar di Italia, yang mayoritas penduduknya bertani. Tempat ini juga sering dikunjungi selebritas dunia sebagai tempat liburan terbaik dengan panorama yang indah tidak bosan untuk dilihat.

Sindiran Makna Kehidupan

Salah satu kalimat yang menarik perhatian dan fokus penonton adalah ketika dialog ayah kepada anaknya. Dialognya adalah ''kamu tidak harus mengorbankan suaramu untuk didengar''. Dalam hal ini menjadi multitafsir. Kalimat seperti itu mengandung sindiran, konotasi dari suara yang terkunci, terperangkap, terpenjara. Karena ini bukan tentang seorang wanita mengorbankan suaranya untuk  bertemu kekasihnya. Bukan tentang hal itu. Suara disini bisa saja  dalam hal yang terjadi di politik seperti yang berkuasa menekan rakyat, sehingga rayat tidak diberikan hak suara untuk ikut dalam hal yang semestinya dilibatkan. Bisa juga masyarakat sosial dengan kultur tertentu, atau bahkan konflik dalam keluarga. Semuanya bisa mengarah kemana saja. Pointnya disini jika masalah yang terjadi ketika didiskusikan, dimusyawarahkan saja masih ada celah konfik, pro-kontra. Apalagi bertindak tanpa mempertimbagkan logika bernalar dan berpikir.

Segala sesuatu pasti ada resikonya. Pesan yang dapat diambil adalah apapun yang dilakukan bahkan ketika sudah diperhitungkan, dikalkulasikan, diperhatikan sedetail mungkin, celah untuk kecewa karena kegagalan, tidak sesuai rencana itu pasti. Apalagi yang tidak terencana. Kematangan dalam mengambil keputusan baik itu secara logika maupun perasaan bukan hal yang instan. Terkadang untuk menyenangkan semua orang menjadi beban lebih banyak untuk orang itu melukai dirinya sendiri. Kalau dalam buku R.A Kartini, habis gelap terbitlah terang, dalam konteks ini masalah pergi, terbitlah masalah baru. Jika tidak mau ada masalah jangan hidup, tapi matipun jikalau bukan giliran tidak akan bisa mati. Socrates mengatakan bahwa hidup yang berharga adalah hidup yang teruji, jika kamu tidak menempuh banyak ujian berarti hidupmu belum berharga, hidup yang tak teruji tak layak dijalani. 

Film The Little Mermaid ini memang menghindari khotbah atau ceramah. Maka dari itu, film ini  tetaplah seperti biasanya: sebuah dongeng yang menawan dan penuh pelarian.




Posting Komentar

Posting Komentar