wYDCW47if6cKleiypRwqUq9HZh2kI0aAhad9DlQd
Bookmark

Alat Musik Tradisional Rebab Sunda Jawa Barat

 

Oleh: Euis karmila 

sangitaharmoni.com- Salah satu alat musik tradisional atau waditra yang tidak kehilangan eksistensinya hingga saat ini adalah rebab. Mengapa demikian? Karena peranannya masih sangat dibutuhkan sebagai pengiring dalam instrumen gamelan atau kacapian. Sesuai dengan klasifikasi Sach- Hornbostel, rebab termasuk pada kategori alat musik chordophone artinya sumber suaranya berasal dari dawai yang dimainkan. Begitupun konfigurasi  penempatan jari-jari tangan memiliki kompleksitas tersendiri dari pemainnya. 

Euis Karmila, Teknik Memainkan Rebab

Fungsi Rebab Sunda Dalam Penyajian Karawitan Sunda

Rebab Sunda

Fungsi instrumen dalam musik pada umumnya terbagi menjadi tiga, yaitu fungsi melodi, fungsi harmoni, dan fungsi ritmis. Berbeda halnya dengan fungsi instrumen tradisional atau waditra dalam musik karawitan sunda, yang memiliki lima kategori, yaitu arkuh lagu, anceran wiletan, amardawa lagu, anggeran wiletan, dan adumanis lagu (Soepandi dalam Upandi, 2011: 28). Instrumen dalam arkuh lagu bertugas untuk menyangga kerangkalagu, atau dengan kata lain instrumen tersebut menyajikan nada dasar dari sebuah lagu. Menurut Rian Permana (dalam Jurnal Pendidikan dan Kajian Seni, 2019) fungsi rebab yang utama diantaranya adalah:

1. Mangkatan, yaitu memberikan aba-aba tempo dan laras yang digunakan untuk memulai jalannya sebuah lagu. 

2. Meréan, yaitu proses memberi ancang-ancang pada sinden baik  berbentuk melodi maupun ancang-ancang berupa nada. 

3. Nungguan, yaitu menunggu melodi yang dibawakan oleh dalang, juru sinden, dan juru alok, baik itu menuju kenongan, goongan, atau sénggol yang akan disajikan. Sehingga jangan sampai seorang juru rebab itu ngalas (mendahului) terhadap juru sinden.

4. Nganteur, yaitu proses mengikuti atau menegaskan melodi yang dibawakan oleh sinden serta mengisi kekosongan dengan memberi senggol-senggol pada celah-celah antara melodi-melodi lagu yang kosong. 

5. Marengan, yaitu proses menyajikan melodi yang sama dengan sajian melodi yang sama dengan sajian melodi pada saat yang bersamaan. 

6.  Mapaésan, yaitu proses memberi hiasan terhadap akhir (muntutan) setiap frase atau kalimat lagu sinden.

Tetapi sedikit mengkritisi  fungsi rebab Sunda yang disebutkan atau dipaparkan oleh Rian Permana, sebetulnya fungsi tersebut sudah mencangkup merean, marengan, muntutan. Mengapa demikian? Karena di dalam fungsi merean artinya adalah memberikan melodi awalan, awalan ini bisa diartikan awalan masuk untuk pangkat atau mangkatan atau sebagai awalan masuk sinden. Sedangkan fungsi marengan, yang bisa diinterpretasikan adalah bukan hanya  mendampingi sinden, termasuk fungsi nungguan, fungsi nganteur, karena sebetulnya pada praktiknya baik rebab maupun sinden yang sudah profesional, melodinya tidak akan searah, tidak akan sama, fungsi peranan mereka bentuk sendiri sesuai dengan kapasitas  atau kamonesan yang dimiliki oleh si pengrebab ataupun pesinden. Mereka mempunyai cara sendiri untuk mengenakan sebuah lagu, artinya aturan sama dengan melodi sinden atau mereka sejalan hanya pada saat salah satu diantara si pengrebab atau pesinden yang tidak hafal lagu atau melodi, barulah saling membantu, dalam konteks ini biasanya dilakukan dipanggung atau manggung di masyarakat. Karena di acara khusus atau even tertentu biasanya latihan dilakukan secara intens dan serius sehingga prepare garapan dipersiapkan lebih matang, karena konteksnya berbeda dengan manggung yang bisa mengambil atau menyomot pengrawit sana-sini karena kepentingannya bukan untuk garapan yang serius yang membutuhkan effort yang lebih besar dalam keseriusan garapannya.  Terakhir adalah fungsi muntutan, artinya memberikan akhiran yang didalamnya terdapat mapaesan, kenapa dikatakan muntutan lebih dahulu, karena mapaesan sebagai  hiasan bisa dikatakan fungsi tambahan saja. Karena didalam muntutan sudah termasuk ada mapaesan, yang termasuk pada kategori mempercantik di melodi akhir atau kalimat akhir lagu. Yang pada praktiknya bisa hanya satu ornementasi yang ditonjolkan misalkan, lelol saja, atau gerentes saja, bahkan bisa hanya gesek panjang saja. 

Bagian-Bagian Rebab 

Berikut ini adalah bagian-bagian rebab yang sebetulnya bisa saja berbeda-beda bahkan ada tambahan lainnya. Tapi yang dipaparkan disini adalah bagian-bagian rebab yang secara umum yang dikenali di beberapa msyarakat walaupun tidak seluruhnya.  Istilah nama-nama bagian rebab yang dikenal di lingkup akademisi diantaranya sebagai berikut. 
Gambar  Rebab Sunda
Bagian-Bagian Rebab Sunda (Dok.Euis Karmila)
1. Pucuk
2. Pureut
3. Beuheung gereng
4. Tihang 
5. Bagal tepus
6. Kawat
7.Wangkis
8. Tumpang sari
9. Sisir
10. Demper
11. Dampit
12. Pureut alit /panyetel
13.Betis
14.Beuti cariang
15.Suku/bitis

Teknik Ngegesek Kawat 

Menggesek kawat dilakukan dengan cara pangesek rebab dipegang tepat pada ganca (bagian penggal penggesek). Kemuadian digerakan dengan cara diantaranya: 

a.  Diembat, menggesek gerakan lambat untuk melahirkan suara panjang 

b. Digolosor, menggesek dengan gerakan lambat setengah ditekan, untuk melahirkan suara panjang dan lembut. 

c. Dicacag, menggesek dengan gerakan terputus-putus, untuk melahirkan suara patah-patah (stakato). 

d. Direnghap, menggesek dengan menurut renghapan (nafas antara) juru kawih (vokalis) 

e. Digetet, menggesek gerakan pendek-pendek (mundur maju) untuk melahirkan suara- suara yang tersendat-sendat. 

f. Dikelecer, menggesek dengan mengetar, untuk melahirkan suara ngeleter (tremolo). 

Cara Merawat Rebab Sunda 

a. Hindari rebab  ditempat yang terkena air
b. Rebab selalu dibersihkan menggunakan kain dari kotoran debu agar kayunya tetap mengkilap 
c.  Menyimpan rebab hendaknya digantung  di tembok agar terhidar dari  jangkauan anak-anak. Selain  itu,  ketika dipajang dapat difungsikan menambah estetika ruangan. 
d. Ketika diperjalanan wangkis selalu dibungkus atau ditutupi oleh  triplek yang dibentuk sesuai ukuran wangkis, agar wangkis tidak  robek atau bolong. 
e. Tumpang sari disimpan diwadah khusus seperti tempat pensil agar tidak patah.
f. Bulu pangeset tidak boleh terkena minyak, atau bahan yang membuat licin. Sehingga ketika  ada yang memegang bulu pangeset pasti dilarang, bukan karena pamali tetapi mudah licin. 


Posting Komentar

Posting Komentar