Sinopsis Karya
Pada mulanya, adalah kisah yang hadir di dalam mimpi Mama, Flo yang selalu mendampingi tentu saja selalu menyaksikannya, Mama terkejut melihat mimpi yang aneh, dia tidak mengenal tempat itu dan tidak mengenal tokoh-tokoh di dalamnya. Flo menerangkan bahwa Mama tidak pernah datang ke tempat ini dan tidak mengenal tokoh-tokoh yang ada di dalamnya. Dalam kisah mimpinya kali ini, Mama melihat 5 orang perempuan, para ibu muda yang terpisah dari anak-anaknya karena gadget. Ibu-ibu muda dan anak-anak mereka sama-sama ketagihan akan rayuan dari dunia yang di tampilkan oleh media sosial. Akhirnya mereka hidup seolah seperti terpisah, masing-masing memiliki dunianya sendiri. Asyik berselancar dalam imajinasi, bertamasya dalam dunia hiperrealitas. Mama merasa sedih dan prihatin atas fenomena dunia media sosial ini, yang telah merenggut hubungan baik antara ibu dan anak. Melihat mimpi yang hadir dalam benaknya, Mama bertekad untuk berjuang mengembalikan lagi keadaan yang normal tentang hubungan ibu dan anak “Kita harus selamatkan anak-anak, seluruh ibu harus bersatu menyadari segala hal yang terjadi di dalam dunia tekhnologi ini baik dan buruk, berguna dan berbahaya, dan segala kompleksitas lainnya, lihatlah dunia lalu Ketika anak-anak bergembira, sehat, jiwa dan raganya tanpa gadget”.
Awal Mula (Dok. Euis Karmila) |
Diawali dengan ibu peri masuk ke panggung pertunjukan melalui pintu masuk penonton dengan membawa payung dan dress berwarna merah. Ibu-ibu sedang tertidur lain alarm bunyi dan ibu-ibu terbanggun. Lalu langsung melakukan aktivitas seperti memasak, dan ibu peri mencicipi masakan satu persatu, menarik dari karakter ekspresi, gestur Flow sebagai peri sangat natural, orang senang melihat akting dia sebagai aktor. Lalu Yeni masuk, melihat kelayar dan anak-anak sedang asik dengan dunia gadget. ''Dia sedang bermain sesuatu hal yang merayu imajinasinya ada game youtube instagram, youtue, facebook, dan tiktok.'' Kata kunci tiktok ibu-ibu langsung keluar dengan makeup zombi dan fashion kekinian sambil berjoged ala tiktok, istilahnya sindrom tiktok yang terjadi masa kini. Yeni merasa heran, lalu suara sirine ambulan, ibu-ibu satu persatu masuk dengan berbagai permasalahan seperti, ibu yang menggigil kedinginan (ibu sudah lama tidak memeluk anaknya, merindukan anaknya), ibu yang memainkan boneka (ibu yang berimajinasi bermain dengan anaknya), lalu masuklah segeromblan ibu-ibu dengan mode zombi. Kemudian terjadi dialog antara Yeni dan Flow. Yeni berkata '' manusia menangis karena ingin bahagia, lalu Flow menjawab Filsuf Yunani abad pertama, Yeni lalu mengatakan manusia menangis karena ingin bahagia, mereka melakukan berbagai macam cara. Flow mengatakan sesaat lagi kita akan melihat orang-orang akan pergi bertamasya, tetapi zaman sekarang orang-orang tidak perlu pergi kemanapun untuk bertamasya, yah ibu-ibu tadi ingin melupakan kesedihan dan rasa bersalah terhadap anak-anaknya kemudian mereka semua akan pergi bertamasya ke dalam dunia hiperrealitas.
Awal Mula (Dok. Euis Karmila) |
Awal Mula (Dok. Euis Karmila) |
Sangat disayangkan, artikulasi vokal aktor tidak jelas kecil suaranya, berbeda dengan pertunjukan sebelumnya. Mungkin karena fisik yang tidak stabil menjadi pertimbangan artikulasi vokal aktor berbeda dari biasanya. Tidak dapat dipungkiri, dan tidak bisa juga disalahkan sesempurna apapun karya pasti ada saja kekurangannya. Makeup aktor zombi juga disesuaikan dengan tema pertunjukan, mengambil issu tentang teknologi menghegemoni penggunanya. Blokingnya juga disesuaikan dengan tujuan fokus pada penonton, seperti joged tiktok arah hadap wajah tetap fokus melihat ke penonton. Visualisasi artistik yang tergambar menarik seperti biasanya, konsep multimedia yang memanjakan mata dan imajinasi penonton. Kembali ke masalah teknis, karena memang berkaitan dengan artistik, media, selalu ada saja kendalanya. Seperti tile dalam pertunjukan ini tidak maksimal turun ke bawah sehingga mengganggu estetika visual dalam pertunjukan.
Media Sosial Simbol Realitas Semu Pascamodern
Manusia menangis karena ingin bahagia, pengulangan dialog yang dimaksudkan untuk sebuah penegasan ulang. Lari ke sosial media memang selalu ada dampak positif dan negatif. Dalam pertunjukan ini hal yang berusaha digali adalah sisi negatif dari gadget. Anak-anak yang main gadget memang cenderung melupakan dunia mainnya didunia nyata. Karena memang teknologi mengalihkan permainan anak-anak kedalam media sosial yang secara langsung kehilangan waktu yang seharusnya main diluar tetapi gadget mengalihkan dunianya. Dunia main dalam gadget membuat anak kehilangan waktu untuk quality time bersama keluarganya.
Hiperrealitas menurut Jean Baudrillard, adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan konsumerisme, media masa, dan teknologi tidak hanya menciptakan realitas baru dengan kata lain tidak hanya merefleksikan realitas tetapi lebih dari realitas itu sendiri. Peran media dan simulasi dalam menciptakan realitas yang lebih nyata atau hiperreal, tetapi realitas yang kita alami sekarang tidak lagi ditentukan oleh pengalaman langsung atau referensi pada dunia luar, tetapi lebih didasarkan pada gambaran-gambaran yang diperoleh melalui media dan simulasi. Simulasi disini adalah representasi dari realitas yang berusaha meniru atau memproduksi realitas itu sendiri. Simulasi tersebut tidak pernah benar-benar dapat meniru realitas dengan sempurna, dan sering kali menciptakan citra yang melebih-lebihkan atau melebih-lebihkan realitas itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa hiperrealitas adalah kondisi dimana yang semu lebih dianggap nyata daripada kenyataan sebenarnya. Misalnya dalam hal ini tiktok terjebak dalam dunia simulasi yang penuh dengan ilusi (buatan).
Simulasi dan simulacra dapat menciptakan hiperrealitas melalui pengulangan, reproduksi, dan pengulangan kembali. Contohnya ketika membuat konten video joget TikTok, atau menirukan suara tanpa mengetahui pencipta serta bagaimana tampak asli orang tersebut. Sedangkan dalam proses simulacra diartikan dengan realitas tiruan yang sudah tidak lagi mengacu pada realitas sesungguhnya. Artinya, realitas sesungguhnya ini sudah dibelokkan, remaja bisa menjadi terkenal layaknya artis tanpa harus bersusah payah dan tanpa harus mempunyai karya yang jelas. Hanya dengan mempunyai jumlah followers, dan melakukan berbagai konten seperti menirukan suara, dan joget TikTok, remaja akan dikenal oleh banyak orang. Hukum kuasa media dan teknologi telah menghegemoni penggunanya. Begitupun segala kompleksitas, media dan teknologi menjadi hirarki dan solusi untuk menyelesaikan semua masalah bagi penggunanya.
Awal Mula (Dok. Febrika CS) |
Terimakasih telah menyempatkan membaca...Salam Literasi😊🙏
Posting Komentar