wYDCW47if6cKleiypRwqUq9HZh2kI0aAhad9DlQd
Bookmark

Film Barbie 2023: Diluar Ekspektasi?

 

review film barbie 2023

Oleh: Euis Karmila
sangitaharmoni.com- Ketika kalian menonton film barbie ini, yang harus dilakukan adalah menghilangkan ekspektasi akan romantisme. Karena film ini sama sekali tidak ada adegan romantis yang seperti ada di kartun anak-anak. Tetapi konsep dan freming yang ditampilkan adalah keluar dari ekspektasi penonton. Mungkin lebih tepatnya Komedi barbie. Alur ceritanya yang tidak teratur.  Adegan nyanyi atau drama musikal yang ditampilkan lebih mengarah pada konsep drama musikal seperti yang ada di film India beserta tariann-tariannya. 

 Film ini bisa dikatakan menyenggol konsep dari absurditas. Salah satunya dialog barbie dia berkata. '' Pernahkah kau berpikir tentang kematian?'' tapi teman-teman yang mendengarnya terdiam, lalu barbie mengalihkan semua itu dan kemudian bersenang-senang kembali seperti semua yang dikatakannya hanya sekedar gurauan belaka atau omong kosong, selolah dibiarkan berlalu begitu saja tanpa ada jawaban. 

Film ini mengangkat berbagai isu ketimpangan sosial yang ada dan berkembang saat ini di masyarakat, seperti feminisme, kapitalisme, maskulinitas. Seperti Barbie marah kepada Ken karena merasa dunia dan teman-temannya dikuasai oleh laki-laki. dan saat itu barbie berusaha dengan keras untuk merebut dunia kekuasaan barbie yang selama ini dia dapatkan. Tetapi disisi lain ken sebagai laki-laki merasa dirinya tidak dihargai oleh barbie akhirnya dia melakukan hal seperti itu, karena ken selalu ada bersama barbie tapi barbie hanya menganggap ken sama seperti teman laki-laki lainnya tidak ada perasaan yang spesial. Disini Ken sangat ingin pengakuan bahwa dirinya layak dan berhak bersama Barbie, dengan berbagai cara dia lakukan untuk membuat Barbie percaya. 

Pada suatu ketika Barbie kehilangan kekuatannya kemuadian ia harus turun ke dunia manusia dimana tempat anak-anak yang melupakannya ia datang harus membujuknya dan memulai untuk mengingatkan kepada anak-anak bahwa Barbie selalu ada bersama kalian, barbie masih seperti fungsinya yang dulu sebagai boneka anak-anak yang biasanya dimainkan oleh perempuan. Kehangatan itu yang ingin Barbie bangkitkan kembali. Hingga pada suatu ketika seseorang pengusaha yang jahat ingin menculik Barbie, menguasai  dunia barbie.  Pengemasan bentuk cerita ini sangat aneh, konsepnya yang kekinian tetapi sangat nanggung, tidak jelas, tokoh jahat tiba-tiba muncul dipertengahan adegan. Konflik yang ingin diciptakan juga kurang greget. 

Tetapi jika target sasaran dalam film ini  adalah anak-anak mungkin mereka terhibur dengan framing-framing  seperti dunia yang berjalan dilayar proyektor, barbie naik salju dan lain sebagainya imajinasi visual yang ditampilkan. Film ini memang lebih ke drama teater yang sering ditampilkan dipanggung-panggung pertunjukan seni atau sekolah seni. Bisa dikatakan arsitektur atau gaya artistik dalam teater kemudian dipakai dalam film begitulah gambarannya. 

Secara visual, film ini memang berusaha menampilkan detail-detail arsitektur yang ada di imajinasi penonton dan bahkan yang biasa anak-anak tonton di kartun barbie. Beberapa  aksi konyol Ken mungkin membuat anak-anak tertawa tetapi bagi sebagian orang dewasa itu garing dan bahkan berangapan. Apa sih ini? 

Dalam film ini juga berusaha menampilkan atau sosok Ken yang sedang mencari jati diri. Karena dia tidak menyadari dirinya berharga, dia tidak tahu apa yang terjadi dan tidak bisa mengendalikan perasaannya. Karena dalam film ini ken yang terlihat bukan seperti yang ada di kartun  menjadi pasangan yang baik, cool, superhero, tetapi lebih seperti benalu dengan aksi konyol-konyolnya. 

Setidaknya ada  beberapa point  yang ingin  disampaikan dalam film ini. 
Framing-framing yang ditampilkan mencoba menyampaikan bahwa di era kapitalis ini baik itu perempuan dan laki-laki itu tidak termarginalkan. Film ini juga memperlihatkan konsep absurditas tidak percaya kematian. Pengemasan film ini memang tidak pro untuk feminis atau maskulinitas. Petualangan Barbie-lah seolah ini berusaha memperlihatkan feminisme. Sosoknya yang berusaha ingin hidup kembali dikenang oleh anak-anak. Karena terlupakan oleh idelis masa kini. Sehingga anak-anak tidak lagi menonton Barbie. Sebetulnya baik Ken atau Barbie sama-sama ingin diakui kembali.  

Film ini bukanlah kandidat film terbaik, tetapi jika ingin menonton ini, jangan berharap bayangan romantisme, tetapi jika ingin mencari inspirasi artistik film ini menyuguhkan transisi visual yang memanjakan mata.
Posting Komentar

Posting Komentar