Oleh: Euis Karmila
sangitaharmoni.com- Dalam bahasa populer istilah ''kepribadian'' memiliki arti ciri-ciri watak yang konsisten, sehingga individu mempunyai identitas yang khas. Susunan unsur-unsur akal dan jiwa yang menentukan tingkah laku atau tindakan seorang individu disebut kepribadian. Tingkah laku Homo Sapiens tidak hanya dipengaruhi oleh sistem organik biologi saja melainkan ditentukan oleh akal dan jiwanya. Oleh karena itu, variasi diversitasnya Homo Sapiens memiliki keunikannya tersendiri.
Unsur-Unsur Kepribadian
1. Pengetahuan
Pengetahuan merupakan unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa orang yang sadar. Dalam ilmu antropologi, seluruh proses akal manusia yang sadar itu disebut persepsi. Karena di dalam alam sekitar manusia terdapat berbagai macam hal yang diterima otak melalui pancaindranya serta melalui alat penerima lain, misalnya getaran eter (cahaya dan warna), getaran akustik (suara), bau, rasa, sentuhan, tekanan mekanikal (berat-ringan), tekanan termikal(panas-dingin) dan lain sebagainya, yang kemudian masuk ke berbagai sel pada bagian-bagian tertentuk di otak.
Adapun penggambaran tentang lingkungan yang fokus penangkapannya pada hal yang menarik saja kemudian akal mengubungkannya dengan penggambaran lain yang sejenis yang sebelumnya pernah diterima dan diproyeksikan oleh akalnya, dan kemudian muncul kembali sebagai kenangan. Dengan demikian muncul sebagai penggambaran baru dengan pengertian baru yang lebih luas, dalam ilmu psikologi disebut apersepsi. Sedangkan penggambaran yang terfokus secara lebih intensif dalam psikologi disebut ''pengamatan''. Selain itu, ketika penggambaran yang terjadi berkaitan dengan hal abstrak dalam ilmu sosial disebut ''konsep''. Penggambaran baru yang seringkali tidak realistik dalam psikologi disebut fantasi.
Seluruh penggambaran, apersepsi, pengamatan, konsep dan fantasi merupakan unsur pengetahuan yang dimiliki seorang individu. Unsur-unsur pengetahuan tersebut tidak bisa hilang begitu saja, unsur tersebut hanya terdesak ke bagian jiwanya dalam ilmu psikologi disebut alam bawah sadar. Namun, ada pula pengetahuan yang dapat terdesak atau sengaja didesak oleh individu yang bersangkutan ke dalam bagian jiwanya yang lebih dalam, dalam psikologi disebut alam tak-sadar.
2. Perasaan
Perasaan adalah suatu keadaan dalam kesadaran manusia yang karena pengetahuannya dinilai sebagai keadaan yang positif atau negatif. Suatu perasaan yang selalu bersifat subyektif karena adanya unsur penilaian, biasanya menimbulkan "kehendak" dalam kesadaran seorang individu. Kehendak itu mungkin positif (individu yang bersangkutan ingin mendapatkan hal yang dirasakannya memberi kenikmatan) atau mungkin juga negatif (individu yang bersangkutan ingin menghindari hal yang dirasakannya membawa perasaan tidak nikmat). Kehendak atau keinginan yang menyebabkan seseorang menggebu-gebu atau berdebar-debar, perasaan tersebut disebut dengan emosi.
3. Dorongan Naluri
Menurut para ahli psikologi kesadaran manusia mengandung berbagai perasaan lain yang tidak ditimbulkan karena dipengaruhi oleh pengetahuannya, tetapi karena memang sudah terkandung di dalam organismenya, khususnya dalam gennya, sebagai naluri. Kemauan yang sudah merupakan naluri disebut "dorongan". Terdapat 7 macam doronga naluri, yaitu:
1. Dorongan untuk mempertahankan hidup. Dorongan ini memang merupakan suatu kekuatan biologis yang ada pada setiap makhluk di dunia untuk dapat bertahan hidup.
2. Dorongan seks. Dorongan ini telah banyak menarik perhatian para ahli antropologi, dan mengenai hal ini telah dikembangkan berbagai teori. Dorongan biologis yang mendorong manusia untuk membentuk keturunan bagi kelanjutan keberadaannya di dunia ini muncul pada setiap individu yang normal tidak dipengaruhi oleh pengetahuan apa pun. yang
3. Dorongan untuk berupaya mencari makan. Dorongan ini tidak perlu dipelajari, dan sejak baru dilahirkan pun manusia telah menampakkannya dengan mencari puting susu ibunya atau botol susunya, tanpa perlu diajari.
4. Dorongan untuk bergaul atau berinteraksi dengan sesama manusia, yang memang merupakan landasan biologi dari kehidupan masyarakat manusia sebagai makhluk kolektif.
5. Dorongan untuk meniru tingkah laku sesamanya. Dorongan ini merupakan asal-mula dari adanya beragam kebudayaan manusia, yang menyebabkan bahwa manusia mengembangkan adat. Adat, sebaliknya, memaksa perbuatan yang seragam (konform) dengan manusia-manusia di sekelilingnya."
6. Dorongan untuk berbakti. Dorongan ini mungkin ada karen manusia adalah makhluk kolektif. Agar manusia dapat hidup serasi bersama manusia lain diperlukan suatu landasan biologi untuk mengembangkan altruisme, simpati, cinta, dan sebagainya. Dorongan seperti itu kemudian lebih lanjut membentuk kekuatan-kekuatan yang oleh perasaannya dianggap berada di luar akalnya sehingga timbul religi.
7. Dorongan untuk keindahan (keindahan bentuk, warna, suara,dan gerak). Dorongan ini seringkali sudah tampak dimiliki bayi, yang sudah mulai tertarik pada bentuk-bentuk, warna-warna, dan suara-suara, irama, dan gerak-gerak, dan merupakan dasar dari unsur kesenian.
Materi Dari Unsur-Unsur Kepribadian
Ahli etnopsikologi, A.FC. Wallace, pernah membuat suatu kerangka yang memuat seluruh materi yang menjadi obyek dan sasaran unsur-unsur kepribadian manusia secara sistematis. Dalam kerangka itu ada tiga hal yang pada tahap pertama merupakan isi kepribadian yang pokok, yaitu:
1. Beragam kebutuhan organik diri sendiri, beragam kebutuhan dan dorongan psikologi diri sendiri, dan beragam kebutuhan serta dorongan organik maupun psikologi sesama manusia selain diri sendiri, sedang kebutuhan-kebutuhan tadi dapat dipenuhi atau tidak dipenuhi individu yang bersangkutan, sehingga memuaskan dan bernilai positif baginya, atau tidak memuaskan dan bernilai negatif.
2. Beragam hal yang bersangkutan dengan kesadaran individu akan identitas diri sendiri (identitas "aku"), baik aspek fisik maupun aspek psikologinya, dan segala hal yang menyangkut kesadaran individu mengenai beragam kategori manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan, benda, zat, kekuatan, atau gejala alam, baik yang nyata maupun yang gaib yang terdapat di alam sekelilingnya.
3. Berbagai macam cara untuk memenuhi, memperkuat, berhubungan, mendapatkan, atau menggunakan beragam kebutuhan dari hal-hal tersebut di atas, sehingga tercapa keadaan yang memuaskan dalam kesadaran individu yang bersangkutan. Pelaksanaan dari berbagai macam cara itu terwujud dalam kegiatan orang sehari-hari.
ANEKA WARNA KEPRIBADIAN
Aneka Ragam Kepribadian Individu
Karena materi yang merupakan isi dari pengetahuan dan perasaan seorang individu berbeda dengan individu lain, dan karena sifat serta intensitas kaitan antara beragam bentuk pengetahuan dan perasaan tadi juga saling berbeda, maka setiap manusia sebenarnya memiliki kepribadian yang khas.
Antropologi dan ilmu-ilmu sosial lainnya, yaitu sosiologi, ekonomi, ilmu politik, dan lain-lain, tidak mempelajari individu, pengetahuan, gagasan, dan konsep yang tetara umum hidup dalam masyarakat, artinya, pengetahuan, tetapi mempelajari semua gagasan, dan konsep yang dianut sebagian besar warga sesuatu masyarakat yang umumnya disebut "adat-istiadat". Seluruh kompleks tingkah laku umum berwujud pola-pola tindakan yang saling berkaitan itu disebut sistem sosial.
Kebiasaan, adat dan kepribadian |
Kepribadian Umum.
Sejak abad ke-19 hingga tahun 1930-an, para pengarang etnografi seringkali mencantumkan suatu pelukisan tentang watak atau kepribadian umum dari para warga suatu kebudayaan di dalam karangan etnografi mereka. Pelukisan itu biasanya berdasarkan kesan-kesan yang mereka peroleh dari pengalaman bergaul dengan para individu warga kebudayaan yang sedang diteliti.
Dalam proyek itu konsep kepribadian umum makin dipertajam sehingga tercipta konsep basic personality structure, atau "kepribadian dasar, yaitu semua unsur kepribadian yang dimiliki sebagian besar warga suatu masyarakat. Kepribadian dasar itu ada karena semua individu warga masyarakat mengalami pengaruh lingkungan kebudayaan yang sama selama pertumbuhan mereka. Metodologi untuk mengumpulkan data mengenai kepribadian bangsa dilakukan dengan mengumpulkan sampel dari warga masyarakat yang menjadi obyek penelitian, yang kemudian diteliti kepribadiannya dengan berbagai tes psikologi. Dari hasil tes-tes itu kemudian diperoleh sejumlah ciri watak yang secara statistik dimiliki sebagian besar individu dalam sampel.
Pendekatan dalam penelitian kepribadian dari suatu kebudayaan juga dilaksanakan dengan metode lain yang didasarkan pada pendirian bahwa benih-benih dari ciri-ciri dan unsur watak seorang individu dewasa sebenarnya sudah tertanam di dalam diri seseorang sejak dini. Pembentukan watak dalam jiwa individu banyak dipengaruhi pengalamannya di masa kanak-kanaknya, ketika ia diasuh orang-orang di sekitarnya, yakni ibu, ayah, kakak- kakaknya, maupun orang-orang lain yang umumnya sering berada dekat pada keluarganya. Karena pola pengasuhan anak dalam tiap kebudayaan mengikuti adat dan norma-norma yang telah ditetapkan, maka pada individu-individu dewasa akan tampak beberapa unsur watak yang seragam.
Metode penelitian kepribadian umum dengan cara mempelajari adat-istiadat pengasuhan anak terutama dikembangkan oleh Margaret Mead, yang dilakukannya di antara berbagai suku bangsa di Melanesia (khususnya Papua Niugini) dan di Bali. Dari penelitian- penelitiannya itu ia menghasilkan buku Growing Up In New Guinea (1930) dan Children And Ritual In Bali (1955). Bersama dengan G. Bateson ia menulis Balinese Character: A Photographic Analysis (1942).
Penelitian mengenai etos kebudayaan dan kepribadian bangsa yang pertama-tama dilakukan oleh tokoh antropologi R. Benedict, R. Linton, dan M. Mead itu kemudian ditiru dan berkembang lebih lanjut sehingga menjadi bagian khusus dalam antropologi yang dinamakan personality and culture, atau kepribadian dan kebudayaan.
Kepribadian Kebudayaan Barat Dan Kepribadian Kebudayaan Timur
Konsep "kebudayaan Barat" dan "kebudayaan Timur" mula- mula dicetuskan pada pertengahan abad ke-19, ketika beberapa negara Eropa Barat berhasil menguasai daerah-daerah yang luas di muka bumi dengan sistem kolonialnya. Ratusan bangsa yang mereka kuasai dengan cara itu memiliki kebudayaan-kebudayaan yang masih tergolong asli dan tradisional. Karena kebudayaan- kebudayaan itu sebagian besar berada di sebelah timur (dari Eropa Barat), maka secara keseluruhan mereka sebut "kebudayaan Timur
Di universitas-universitas besar di Eropa Barat pernah berkembang suatu bidang ilmu pengetahuan yang disebut "kajian- kajian Oriental", yang secara rinci terdiri dari berbagai bidang ilmu yang khusus, yaitu Peradaban Islam, Sejarah dan Kesusastraan Islam, Filsafat Islam dan Bahasa Arab, Peradaban Hindu dan Budha, bahasa Sanskerta dan Pali. Kajian mengenai Peradaban Cina, yang dapat dianggap sebagai peradaban yang khas dan canggih dan tak pernah sempat dijajah oleh suatu negara Eropa Barat mana pun, biasanya tidak termasuk dalam kajian Oriental ini, tetapi disebut Sinologi.
Kebudayaan-kebudayaan Afrika baru mulai dikaji pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 oleh para ilmuwan Eropa, dan kemudian juga oleh para ilmuwan Amerika Serikat, sementara kajian mengenai bangsa-bangsa penduduk kepulauan di Lautan Pasifik, yaitu Melanesia, Mikronesia, dan Polynesia, baru mulai dilakukan para ahli antropologi Amerika setelah Perang Dunia II.0
Semua ahli Eropa Barat umumnya mempelajari kebudayaan- kebudayaan dari suku-suku bangsa yang ada di wilayah jajahan mereka masing-masing. Kebudayaan bangsa-bangsa jajahan yang semua bersifat tradisional itu kemudian mengalami pembaruan dengan tibanya unsur-unsur kebudayaan dari Eropa Barat melalui sistem pendidikan sekolah Eropa Barat. Di samping itu warga bangsa-bangsa jajahan yang dididik dalam sekolah-sekolah Eropa Barat itu dijadikan pegawai rendahan dan menengah dalam sistem administrasi yang dikembangkan oleh bangsa-bangsa kolonial itu, yang mengikuti model administrasi negara asal mereka. Hampir semua bangsa yang dijajah adalah bangsa-bangsa petani, peternak, nelayan, atau peramu yang kebudayaannya dilandasi nilai-nilai budaya tradisional.
Sejak kurang lebih satu abad yang lalu, muncul golongan elit pada bagian-bagian tertentu dari bangsa-bangsa yang terjajah itu, yaitu golongan-golongan yang telah mendapat pengaruh unsur-unsur kebudayaan Eropa Barat atau Amerika. Pengaruh unsur-unsur kebudayaan asing itu makin lama makin merasuk dan terintegrasi ke dalam kebudayaan tradisional tadi. Pengaruh kebudayaan Eropa Barat dan Amerika (misalnya untuk bangsa Filipina) yang merasuk ke dalam ratusan kebudayaan suku bangsa yang terjajah itu merupakan suatu proses yang sebaiknya kita sebut "modernisasi".
Kepribadian Dan Kebudayaan Barat, Serta Kepribadian Dan Kebudayaan Timur Di Indonesia. Di Indonesia, di tahun 1930-an, ketika kebudayaan Eropa Barat (khususnya kebudayaan Belanda, Perancis, Inggris, dan Jerman) mempengaruhi kebudayaan Indonesia sedemikian mendalamnya, konsep yang diajarkan kepada para siswa sekolah lanjutan tersebut sering mampu mengubah kebudayaan tradisional Indonesia hingga ke akar-akarnya. Proses tersebut sebenarnya telah berlangsung sejak masa peralihan abad ke-18 dan abad ke-19, jadi sudah lebih dari dua abad. Waktu itu juga terjadi beberapa peristiwa perubahan yang sangat mendasar bagi masyarakat Indonesia, yaitu awal dari proses emansipasi sosial wanita yang dirintis oleh R.A. Kartini (1879-1904), dan mulai adanya dokter-dokter wanita lulusan School Ter Opleiding Voor Inlandsche Artsen (Stovia) di Jakarta, dan Nederlandsch-Indische Arsten School (NIAS) di Surabaya. Sesudah itu konsep "kebudayaan Barat" diperluas dan mencakup pula kebudayaan Amerika, yang oleh orang Indonesia terutama dikenal melalui hasil industri film Hollywood.
Sampai sekarang konsep "kebudayaan Barat" dalam arti itu masih tetap hidup di Indonesia, baik di antara kaum lanjut usia, orang dewasa, dan bahkan di antara para remaja hingga anak- anak. Dalam kalangan kaum terpelajar dan ilmuwan pun konsep "kebudayaan Barat" dengan makna terurai di atas tetap digunakan, bukan hanya dalam pembicaraan santai, tetapi juga dalam tulisan- tulisan ilmiah. Demikian juga konsep lawannya, yaitu "kebudayaan Timur".
Sebenarnya, dengan logika yang wajar istilah "kebudayaan Barat" dan "kebudayaan Timur membingungkan, dan menjadi sumber salah paham yang hingga kini ada dalam cara berpikir orang Indonesia, yaitu bahwa kebudayaan orang Eropa dan Amerika itu adalah kebudayaan yang secara materi dan teknologi maju dan perlu kita tiru, sedang "kebudayaan Timur" adalah kebudayaan kita yang harus kita pertahankan karena sifatnya yang indah, halus, spiritual, luhur, dan beradab.
Kita tentu juga dapat menerima logika bahwa kemajuan dalam materi dan teknologi tidak hanya datang dari Eropa Barat, tetap juga dari Amerika, misalnya, yang secara geografis berada di timur negara kita. Karena itu konsep "kebudayaan Barat" tak dapat kita terapkan kepada kebudayaan Amerika. Karena itu kebudayaan Amerika sebetulnya bagi kita adalah "kebudayaan Timur", sementara kebudayaan orang Australia dan Selandia Baru adalah "kebudayaan Selatan".
Dengan kemajuan yang dicapai oleh bangsa Jepang, Korea, Cina, dan bahkan Singapura, orang Indonesia sekarang tidak hanya memandang kebudayaan Eropa Barat dan Amerika sebagai kebudayaan-kebudayaan yang patut ditiru. Apakah kebudayaan- kebudayan negara-negara itu harus kita sebut "kebudayaan Utara"?
Agar pikiran kita tidak terperangkap dalam dikotomi konsep- konsep "kebudayaan Barat" dan "kebudayaan Timur", dan lain- lainnya yang membingungkan itu, istilah-istilah yang sebenarnya telah mulai mendarah daging itu sebaiknya kita hindari dan agar kita menggunakan istilah-istilah geografis yang konkret, misalnya kebudayaan Cina, kebudayaan Korea, kebudayaan Jepang. kebudayaan Amerika, kebudayaan Eropa Barat, kebudayaan Asia Barat, kebudayaan Maghrib (Afrika Utara), dan lain-lain. Maka dari itu, kebudayaan yang berasal dari luar negara, secara keseluruhan menggunakan konsep kebudayaan mancanegara atau kebudayaan asing.
Sumber Bacaan
Koentjaraningrat. 2011. Pengantar Antropologi I. Jakarta: Rineka Cipta
Posting Komentar