Oleh: Euis Karmila
sangitaharmoni.com- Kebudayaan adalah hasil aktivitas manusia, baik kongkret maupun abstrak, baik dengan tujuan positif maupun negatif, definisi ini dikemukakan oleh E.B.Taylor (Sardar dan Loon, 2001:4) dalam bukunya Primitive Culture (187). Kebudayaan daerah berfungsi untuk menopang, memotivasi perkembangan nasional. salah satu daerah yang mempunyai peninggalan-peninggalan kebudayaan zaman Prasejarah, di desa Cigugur. Sebelum datangnya pengaruh agama Hindu yang terletak di daerah Kabupaten Kuningan, arahnya berada di sebelah utara kota Kuningan Dalam upacara tradisional kematian di Cigugur.
Sebagian besar penduduk desa Cigugur menganut beberapa macam agama Kristen (Katholik) dan penganut kelompok kepercayaan karuhun atau Leluhur tang disebut Penghayat Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Para penganutnya mempunyai tradisi pada upacara kematian seperti cara membersihkan jenazah yang mana didalamnya terdapat persiapan upacara diantaranya air matang yang didinginkan (terbebas dari jenis kuman), kapas atau kain pembersih jenazah, baskom, atau panci tempat menyimpan air bersih, air kembang dan wangi-wangian yang digunakan sebagai tanda untuk mencurahkan kasih sayang dengan sesuatu yang indah. Begitupun saat membersihkan mayat jangan terburu-buru, tetapi harus tenang dan tertib, hal ini dimaksudkan agar tidak ada yang tertinggal (tidak bersih) dan masyarakat mempercayai bahwa jika tidak bersih menyebabkan arwah tidak akan diterima oleh Gusti.
Salah satu bagian dari upacara tradisi kematian di Cigugur adalah upacara olah rasa atau samadi. Upacara Samadi hanya dilakukan ketika setelah selesai emberihkan jenazah, lalu tahapan selanjutnya adalah upacara samadi yang didalamnya terdapat doa samadi yang bertujuan sebagai permohonan ampun atau memohon keselamatan.
Olah rasa atau samadi ialah jenis upacara yang dilakukan di dalam rumah untuk mendoakan jenazah. Caranya ialah dengan mengambil sikap duduk yang dilakukan oleh keluarga dan warga adat. Mereka duduk sambal berdoa mengheningkan cipta dan merenungkan diri. Samadi dilakukan karena sebagai bentuk dari pelestarian budaya yang ada di Cigugur dalam bentuk upacara kematian mendoakan jenazah dengan tata cara yang sudah ditentukan dan disepakati oleh masyarakat Cigugur. Berikut ini adalah tahapan samadi atau olah rasa yang ada dalam olah rasa atau samadi diantaranya persiapan dan perlengkapan diri, jalannya upacara.
Persiapan dan perlengkapan diri
Hal yang diperlukan dalam upacara ialah;
1. Pakaian adat, seperti: ikat kepala, baju, kampret, atau pakaian bayi
2. Peti jenazah dibuat dari kayu jati
3. Kain putih atau kain hitam, digunakan untuk alas dan penutup mayat dalam peti
4. Minyak wangi Sebagai pengharum dan sebagai penghormatan kepada jenazah
Jalannya upacara
Setelah mayat dibersihkan sebagaimana dikemukakan diatas, kemudian jenazah didandani atau dikenakan pakaian adat. Apabila yang meninggal itu seorang pria atau Wanita, makai a dikenakan pakaian baju kampret dan ikat kepala. Sedangkan apabila yang meninggal itu seorang bayi, maka ia harus dikenakan pakaian bayi. Orang yang melakukan upacara tersebut ialah Ketua Adat atau orang yang dianggap tertua ditambah dengan keluarga. Pendandanan atau pengenaan pakaian diartikan sebagai penghormatakn keluarga atau penghargaan menurut adat. Menurut adat itu, hidup di dunia ini haruslah berlandaskan kepada cara dan ciri masing- masing. Setelah didandani dengan pakaian tersebut diatas, mayat dimasukkan ke dalam peti jati yang telah diberi alas kain putih dan ditiup dengan kain pula. Posisi jenazah dalam peti ditentukan, yaitu: Tangan disilangkan diatas dada, sedangkan mayat terlentang menghadap ke atas . hal tersebut mengandung makna, bahwa Gusti Yang Maha Kuasa ada diatas segala- galanya. Sementara minyak wangi disiramkan diatas tubuh mayat yang telah ditutup dengan kain putih tadi. Kemudian sebelum peti jenazah ditutup, kepada keluarga diberikan kesempatan mengadapan upacara Olag Rasa atau Samadi dipimpin oleh Ketua Adat Bersama warga adat. Olah Rasa atau Samadi mengandung makna penyerahan diri kepada Gusti Yang Maha Kuasa, karena atas kehendak-Nya pula manusia menjalani kehidupan di dunia ini. Atas kehendaknya pula manusia pula manusia (mayat) kembali ke asalnya. Setelah dilakukan Olah Rasa, maka peti mayat ditutup oleh Ketua Adat dengan orang yang dianggap tertua dalam lingkungan adat.
Doa Olah Rasa (Samadi)
Menurut penngurus Adat di Cigugur doa Olah Rasa (Samadi) itu demikian:
Pun sampun seja sumujud
Ka Gusti Nu Murba Jagat
Gusti Nu Maha Tunggal
Nu kangungan marga dumadi jisim
Nu kagungan kersa asal sagalaning asal
Binih hurip binih pati
Nu nyipta waruga jagat
Nu nyangkian pati papaten
Nu sumujud ka Hiang Agung
Nyembahkeun kersa pangersa
Ieu dulur/ murangkalih nami………………………….
Anu lahir dikersakeun salami……………………tahun
Nyandang uga nu waruga nampi kajembaran gusti
Kiwari ku pati papasten
Nampi deui kersa pangadilan Gusti
Kapundut umur tumbiba mangsa
Waruga nu henteu walakaya
Samudaya nyanggakeun, neda caang narawangan
Nya mulih deui ka jati nya mulang deui ka asal
Mugi gusti tansah nangtayungan ka nu kantun
Maparin papadang sara
Samudaya anging pangeran
Gusti nu maha tunggal
Neda aub papayung dina alam padang poe Panjang
Pun…………….pun………….pun.
Terjemahannya:
Mohon maaf hendak bersujud
Kepada Tuhan Yang Menguasai Jagat
Tuhan Yang Maha Tunggal
Yang menyebabkan jadinya diri
yang berkarsa asal dari segala asal
Benih hidup benih mati
Yang menciptakan jagat raya
Yang memegang pasti kepastian
Yang bersujud kepada Hyang Agung mempersembahkan kepada engkau
Ini sanak saudara / anak kami Bernama ………………..
Yang telah lahir dan hidup dengan kehendak-Mu selama………….tahun.
Membawa uga dalam badan, menerima kebesaran Engkau.
Kini dengan pasti kepastian
Menerima lagi kersa pengadilan-Mu
Diminta umur tiba lah masa badan yang tiada berdaya
Semua diserahkan, mohon terang benderang
Balik ke mari pulang ke asal lagi
semoga engkau tak putus memberikan
jalan terang benderang kepada yang pulang
semoga engkau tak putus melindungi kepada yang ditinggalkan
memberikan terang ketenangan rasa
semuanya hanya Engkau dengan kehendak- Mu
tuhan yang Maha Tunggal
mohon perlindungan di alam terang hari Panjang
pun…………………pun…………….pun……………….
Keharusan
1. Jenazah diharuskan didandani dengan pakaian adat yang bersih
2. Alas dua penutup peti diharuskan memakai kain putih atau kain hitam.
Menurut kepercayaannya, kain putih dan kain hitam itu mempunyai makna, bahwa sekali pun jasad mayat tidak berdaya, namun berilah kepadanya penerangan agar jiwanya terang dan bersih, sehingga ia diterima oleh Gusti. Kain hitam berarti si mayat, akan Kembali ke alam dan tidak dapat dilihat.
3. Peti mayat harus dibuat dari kayu jati. Hal ini diartikan atau di maknakan bahwa manusia yang mati sesuai dengan peribahasa adat yang disebut: Mulih ka jati, mulang ka asal ‘’ balik Kembali pulang ke asal.
4. Olah rasa atau samadi merupakan upacara yang harus dilakukan, karena untuk menghormati dengan memberi doa kepada yang meninggal
5. Posisi jenazah dalam peti mayat harus menghadap ke atas, karena Gusti ada di atas segala-galanya.
Pantangan
Dalam melakukan olah rasa atau samadi para peserta harus melakukannya dengan sungguh-sungguh. Mereka tidak boleh bersenda gurau dan tertawa, tetapi harus tertib dan khusu agar doa di terima oleh Gusti Yang Maha Kuasa.
Lain- lain
Sikap oleh rasa atau samadi ditentukan menurut aturan adat, yakni sebagai berikut:
1. Sikap duduk harus sempurna
2. Kepala harus menunduk dengan mata terpejam
3. Tangan/ telapak tangan kanan dan kiri bersatu diletakan didada.
4. Jalannya pernafasan harus diatur, karena bernafas adalah suatu anugrah dariYang Maha Kuasa, sehingga manusia dapat menikmati segala kemurahan yang diberikan dalam cinta kasih-Nya.
Kesimpulan
Olah rasa atau samadi merupakan upacara tradisi kematian masyarakat Cigugur Kuningan dengan tujuan mendoakan jenazah. Dalam tahapannya atau tata cara melakukan upacara samadi tidak bisa dilakukan dengan sembarangan, ada beberapa hal yang harus diperhatikan. Ini dimaksudkan, untuk menjaga nilai dari seni tradisi ritual yang ada di daerah Cigugur.
Referensi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983/1984. Upacara Tradisi Daerah Jawa Barat.
Kutha Ratna, Nyoman. 2016. Metode Penelitian Kajian Budaya dan Ilmu Sosial Humaniora Pada Umumnya. Penerbit Pustaka Pelajar
Posting Komentar