wYDCW47if6cKleiypRwqUq9HZh2kI0aAhad9DlQd
Bookmark

Fakta Tentang Mahasiswa Seni

mahasiwa

Oleh: Euis Karmila
sangitaharmoni.com- Selain mudah terserang penyakit lambung, mudah stress karena sering  melamun, berimajinasi. Kebiasaan dan fakta anak seni sering menjadi perbincangan baik itu di lingkungan seni itu sendiri, maupun di masyarakat. Tetapi yang menyakitkan adalah dilingkungan seni itu sendiri. Sering sekali bertutur bertindak tidak memikirkan perasaan orang lain. Yang katanya seni berhubungan dengan rasa, tetapi rasanya sering tidak dipakai dan selalu berkata kebohongan, hal buruk, memanipulasi orang untuk kepentingannya sendiri. Setuju atau tidak berikut ini adalah beberapa fakta tentang anak seni. 

1. Tidak semua anak seni itu jago, lihai, pandai dalam bidang seni lainnya sekalipun dalam bidangnya. 

Sterotype di masyarakat yang sering di bicarakan ketika misalnya, kuliah dijurusan karawitan, wah, bisa semua alat musik dong, kan sekolah seni? tetapi tidak semuanya yang sekolah dalam bidang musik itu jago. Lihat backgroundnya juga, tidak semua orang memiliki kapasitas yang sama. Dituntut segala bisa, ya oke, tapi ketika dalam prosesnya belajar, ingin tahu tentang segala hal, bertanya pada orang lain terkadang tidak memberikan ilmunya. Masih ada kesan kalo dalam bahasa Sunda mereka menyebut '' sieun kapaok motif '' artinya takut diambil motif.  Motif disini misalnya dalam bermain kecapi, suling, rebab, takut orang mengambil sesuatu yang menjadi idenitas yang ada dalam diri seorang yang menolak mengajarkan, karena masih beranggapan bahwa ketika motif tersebut dikuasai oleh orang lain dia tidak akan terpakai, atau tidak laku lagi. Karena kekhawatiran tentang eksistensi diri, merasa terancam, akhirnya setengah-setengah berbagi. Ya itu lebih baik memang daripada tidak sama sekali.  Tetapi bagi yang orang-orang tidak perhitungan, mereka beranggapan bahwa apa yang memang pantas didapatkan memang akan didapatkan.Tapi tahukah anda bahwa semakin kita memberi, berlipat-lipat pula akan yang didapatkan. Hukum timbal balik selalu ada, hukum seleksi alam masih berjalan. 

2. Menjadi manusia yang kuat mental 

Kebiasaan manusia seni adalah menggerutu. Misalnya dalam segala aspek dikomentari bukan hanya dalam akademik, tetapi seperti non akademik misalnya style, gaya hidup, kebiasaan, hanya mengetahui dari yang terlihat. Yah, beberapa orang memang manusia suka melihat hanya dari cover saja. Misal dalam akademik, ketika belajar kemudian disalahkan, harus terima karena itu bagian dari proses belajar, lalu ketika membuat karya kemudian banyak yang mengomentari dengan kritik yang tidak berdasar itu juga harus kamu terima. Karena hanya dari situ mentalmu akan tumbuh dan terus tumbuh menjadi manusia yang kuat. Tetapi kuat mental saja tidak cukup dan belajar dari kesalahan itu yang mahal. Tidak semua orang bisa melakukannya.

Contohnya lain diluar akademik, menjadi biasa ketika di seni seorang wanita tidak konsiten dalam berhijab. Celotehan-celotehan orang biasanya kenapa ga di kerudung? Kerudung kamu mana? yang sebelumnya terlihat tertutup kenapa terbuka? pertanyaan basa-basi, tetapi membuat orang malas merespon hanya dengan senyum atau hehehe. Kesalahan manusia seni memang tidak bisa mengontrol dalam berbicara, sering tidak disadari.  Pertanyaannya, apakah hal tersebut merugikan anda? Kenapa orang sering mengomentari hal-hal kecil? Kenapa mereka tidak berpikir, apapun yang saya lakukan saya sudah siap menanggung konsekuensinya. 

Untuk manusia seni yang cuek tidak peduli apapun omongan orang, ketahuilah bahwa mereka sudah mengalami hujatan yang tidak sedikit. Terkadang orang merasa sakit di kecewakan, hatinya yang awalnya peduli menjadi tidak peduli sama sekali. Mati rasa iya. Orang yang mengerti kita tidak perlu penjelasan apapun. Karena orang bertanya bukan ingin mengerti tetapi terkadang mereka hanya kepo. 

3. Membangun keakraban dengan orang tua di kampus

Beberapa mahasiswa ingin akrab dengan dosen bukan berarti ingin nilai yang bagus, lalu mendekati. Tetapi karena  tertarik dengan pembawaan dosen tersebut yang nyaman, humoris, berwawasan. Tidak semua mahasiswa berkedok penjilat, tidak semuanya harus disamakan, terkadang ada yang benar-benar tulus. Karena pada hakikatnya, orang yang memang benar-benar baik, akan terlihat baik dimanapun karena memang mereka baik, bukan karena kepentingan politik dan sebagainya. Mungkin ada kepentingan juga, tapi itu bukan menjadi prioritas. 

4. Membangun personality kreatif dan menanamkan mental tampil

Berada di lingkungan seni, memaksa kita untuk berpikir bagaimana caranya  agar orang tidak meremehkan kemampuan kita? Ya itu caranya dengan pembuktian, misalnya membuat karya, berani mengambil resiko meskipun banyak pertentangan, tetapi perlu di ingat bahwa resiko yang diambil harus ada pertanggungjawaban, karena kalo tidak jika capaiannya untuk eksistensi, konsistensi, tidak mudah untuk dilakukan, foundationnya harus kokoh. 
Posting Komentar

Posting Komentar