Sumber Dok. Yayan Supriyatna |
Oleh: Euis Karmila
sangitaharmoni.com- Tarawangsa sebagai identitas Rancakalong Sumedang menjadi musik yang sakral. Kebanyakan orang mengenal tarawangsa adalah nama alat musiknya bukan keseniannya. Tetapi alat musiknya adalah rebab jangkung dan jentreng. Jadi pada eksistensinya tarawangsa terbagi menjadi dua pengertian, yakni pertama tarawangsa sebagai kesenian rakyat, kedua tarawangsa sebagai nama alat gesek. Selain itu, kehadirannya digunakan pada upacara ritual yang pertunjukannya dipersiapkan secara khusus serta keberadaannya menjadi integral masyarakatnya. Kemunculannya yang dikaitkan dengan sasaka 17 yang artinya bahwa tarawangsa sebagai alat yang digunakan untuk membawa benih padi dari Mataram. Karena Jawa membawa pengaruh yang besar pada Rancakalong bukan hanya dalam sistem pertanian, menjadi kebanggaan tersendiri serta lebih condong pada budaya ke-Jawa-an dari pada ke-Sunda-an. Seperti konsep hidup Jawa yang menghegemoni yaitu konsep papat kalima pancer dalam bahasa Jawa dikenal dengan macapat kalima pancer. Tanpa disadari konsep tersebut terdapat diaplikasikan dalam pertunjukan tarawangsa pada ibingan saehu menghadap 4 arah mata angin.
Istilah tarawangsa pada konteks sekarang sering dikaitkan dengan hal-hal yang Islami seperti arti kata dan pemaknaan kirata.Tarawangsa berasal dari kata ta (tatabeuhan) wa (wali), sa (salapan). Jadi tarawangsa diartikan sebagai tatabuhan wali salapan (musik wali sanga). Kirata merupakan salah satu budaya masyarakat Sunda yang artinya mengira-ngira, menebak-nebak dalam arti membuat definisi atau deskripsi terhadap suatu istilah atau sebutan.
Sumber Dok. Yayan Supriatna |
Rebab jangkung atau lebih dikenal tarawangsa memiliki dua nada: da (1) dan la (5), berfungsi sebagai pembawa melodi sedangkan jentreng memiliki 7 nada : la (5), da (1), mi (2), na (3), ti (4), la (5), da (1) berfungsi sebagai pengiring atau pendamping tarawangsa. Tarawangsa dibunyikan dengan cara digesek yaitu menengkep kawat dengan jari kiri dengan penjarian lurus berbeda dengan rebab posisi jari menekuk.Sedangkan jentreng dimainkan dengan cara dipetik. Senar yang digunakan tarawangsa dan jentreng adalah dari kawat dari bahan tembaga seperti bekas kupling motor atau rem sepeda motor. Bahan untuk jentreng biasanya menggunakan kayu kenanga, pohon kayu albasi, merah mahoni, atau kayu pohon kembang.
Sopandi (1999:7) mengatakan bahwa Tarawangsa sebagai pembawa alur melodi/lagu dalam kawat satu, dan memperkuat aksen petikan kecapi pada akhir kenongan atau akhir lagu sebagai goong. Pada saat membawakan lagu , tarawangsa bisa menyajikan melodi hingga dua oktaf. Melebihi kapasitas bunyi yang dihasilkan oleh jentreng. Cara nyurupkeun tarawangsa (dalam laras pelog) dengan mengambil tonika/nada dasar 5 (la) dari jentreng dan nada 1 (da) ageung dari jentreng, dan nada 1 (da) ageung dari jentreng. Perpaduan dua kawat yang berbeda pada frekuensi ini jarang ditemui pada alat gesek lain seperti misalnya rebab. Pada rebab Sunda biasanya menggunakan nada 1 (da) dengan 4 (ti) dalam istilah karawitan disebut kempyung.
Cara menyetem atau nyurupkeun pada laras Salendro, yang diubah adalah kawat jentreng pada kawat 2 (mi)/ tonika untuk tarawangsa dikendoran (diturunkan) menjadi 2 (mi) laras Salendro, serta kawat 5 (La) pelog dikendoran (diturunkan) menjadi 5 (la) laras salendro. Perubahan kawat tersebut tidak memiliki kesamaan tonika dengan kawat tugu pada tarawangsa, berbeda dengan tugu pada jentreng atau kecapi. Sehingga dalam laras salendro tidak pernah ditemui nada ligar pada melodi tarawangsa.
Begitupun dalam teori memainkan rebab jangkung dilakukan dengan memadukan tengkepan dan gesekan yang hanya terdiri dari beberapa teknik saja, tidak sebanyak rebab sunda. Berbeda dengan rebab sunda dalam teknik permainannya sudah diistilahkan, tetapi untuk rebab jangkung teknik permainannya belum diistilahkan. Sehingga beberapa orang masih mengaitkan istilahnya seperti yang ada pada rebab untuk melodi yang serupa.
Sumber: Youtube Camerasableng diupload 31 Juli 2021 |
Sumber: Youtube Camerasableng diupload 31 Juli 2021 |
Selain ibingan, salah satu yang menarik dari pertunjukan tarawangsa adalah nyawer. Nyawer disini diartikan sebagai pemanggilan nyi pohaci dengan mempersembahkan sesaji dengan cara ditembangkan sambil mencipratkan air kepada ineban. Heriyawati (2016:129) susunan lagu dalam pertunjukan tarawangsa antara lain:
a. lagu pembuka: saur, pangameut,pamapag, keupat eundang, jemplang, panimbang, dan limbangan
b. lagu ibingan: angin-angin, bangun, koromong, dengda, mataraman, sinargalih, pangairan, dan buncis.
c. lagu penutup: lalayaran.
Pada konteks sekarang, tarawangsa sebagai alat musik maupun kesenian, eksistensinya sudah berkembang bukan hanya sebagai ritual, akan tetapi sudah beralih ke entertain. Jadi pemainnya pada pada zaman dulu hanya orang-orang pilihan, tetapi sekarang sudah berubah, anak muda pun bisa memainkan dalam acara apapun. Selain itu tarawangsa (rebab jangkung) pada konteks sekarang sering diikut sertakan dalam kolaborasi musik modern. Jadi adaptasi tersebut melahirkan pro dan kontra, sehingga eksistensi tarawangsa baik itu alat musik (rebab jangkung) dan kesenian rakyat kemelekatannya pada konteks ritus masih lebih dominan dari pada entertain.
Posting Komentar