Sumber Gambar : Koleksi Nawayang Galeri |
Oleh: Euis Karmila
sangitaharmoni.com- Dalang sebagai sentral dalam pertunjukan wayang golek, keberadaannya menjadi pemegang kendali dalam pertunjukan. Dalang sebagai sutradara dan aktor bertanggung jawab membangun kualitas dalam pertunjukan. Penguasaan karakter wayang seperti tokoh ponggawa gagah, ponggawa lungguh, satria ladak, satria lungguh, putri lungguh, putri ladak, raksasa, kera dan sebagainya yang menjadi hal mutlak dikuasai oleh dalang. Beberapa aspek (tetekon) yang harus dikuasai dalang di antaranya; Awicarita/Lakon wayang, Sekar/haleuang dalang, Sabet, Antawacana, Amardawalagu, Pancakaki tokoh wayang, Paramakawi / bahasa kawi, Amardi basa / undak usuk basa, Paramasastra, Banyol (bercanda),Tutug/tamat carita, Engès/mutiara (kelebihan/kepintaran dalang).
Aspek-Aspek Wilayah Garap Dalang
Berdasarkan fungsi dan kedudukannya, terdapat aspek-aspek wilayah garap dalang secara universal diantaranya lakon, sekaran, sabet, dan antawacana. Berikut adalah ulasan singkatnya.
Lakon
Lakon berasal dari bahasa Jawa bentukan dari kata laku yang berarti jalan, perjalanan, tingkah laku, atau perbuatan. Lakon disebut juga roh dalam pertunjukan wayang karena menunjang keberhasilan dari seorang dalang. sebagai media penyampaian isi pertunjukan melalui garap lakon baik berupa kekuatan daya tafsir maupun laku dramatik (olah dramatik). Lakon terbagi menjadi tiga yaitu galur, sempalan, carangan.
Garap lakon dalam pertunjukan wayang mempunyai tiga elemen pembentuk di antaranya;
1) pelaku garap yaitu dalang
2) unsur garap yaitu unsur-unsur pakeliran yang menghidupkan sajian lakon, meliputi catur, sabet, gending, dan sulukan (kakawen)
3) pertimbangan garap yaitu faktor yang mempengaruhi garap atau sanggit lakon.
(Baca juga artikel : https://www.sangitaharmoni.com/2023/10/jenis-jenis-lakon-dalam-pertunjukan.html)
Sekaran Dalang (Nyanyian Dalang)
Sekaran dalam karawitan Sunda berarti nyanyian atau haleuang yang disajikan oleh seseorang. Sekaran dalang diartikan sebagai nyanyian dalang yang berkaitan dengan segala bentuk dalam pertunjukan wayang, yang pada praktiknya berhubungan dengan aspek amardawalagu. Amardawalagu adalah penguasaan terhadap lagu, laras, wirama dan gending. Sekaran dalang yang dimaksud disini adalah kakawen yang dilantunkan dalang dalam pertunjukan wayang . Kata kakawen sendiri berasal dari kata kakawian (mirip bahasa Kawi). Istilah kakwen adalah untuk pedalangan Sunda, sedangkan sulukan untuk jagat pekeliran Jawa.
Fungsi kakawen dalam pertunjukan wayang adalah untuk membentuk suasana dan mempertegas suasana yang sedang dibangun dalam sebuah adegan. Kakawen dalam pedalangan Sunda dibagi menjadi tiga jenis yaitu, murwa, renggan dan sekar bojegan.
( Baca juga artikel : https://www.sangitaharmoni.com/2023/10/wayang-golek-sekaran-dalang-nyanyian.html )
Sabet
Antawacana
Antawacana berasal dari kata anta dan wacana . Anta berarti tungtung (akhir, ujung) sedangkan wacana berarti kecap (kata, ucapan). Antawacana berarti akhir ucapan atau akhir kata. Jika dikaitkan dengan sajian wayang, antawacana merupakan pembaawaan dialog antar tokoh yang memiliki perbedaan baik secara karakter maupun warna suara (timbre).
Bentuk penyajian antawacana dalam wayang golek terbagi menjadi tiga macam yaitu antawacana lancaran, antawacana sekaran, dan antawacana leotan (melodis). Namun terdapat istilah yang sering muncul untuk seorang dalang yang tidak menguasai teknik antawacana di antaranya ngosom, ngableng, baleuy, dan ngulibek.
12 Tetekon Yang Harus Dikuasai Dalang
Adapun perkembangan di masyarakat terdapat 12 aspek (tetekon) yang wajib di kuasai oleh dalang di antaranya;
1) Awicarita, yaitu pengetahuan tentang alur cerita, sehingga dalang memiliki kemampuan untuk menentukan bagian-bagian penting dari sebuah cerita.
2) Amardibasa, yaitu pengetahuan tentang kaidah-kaidah bahasa Sunda yang digunakan sebagai ungkapan dialog, sehingga dalang memiliki kemampuan untuk menentukan kosa kata, kalimat dan undak usuk basa (aturan) yang lebih tepat.
3) Paramakawi, yaitu pengetahuan tentang bahasa kawi, sehingga dalang memiliki kemampuan untuk menggunakan bahasa kawi yang tepat sesuai dengan adegan cerita.
4) Paramasastra, yaitu pengetahuan tentang kesusastraan dalam bahasa Sunda, sehingga dalang memiliki kemampuan untuk menggunakan keutamaan sastra Sunda, yang biasanya digunakan sebagai bahasa-bahasa simbol dalam pewayangan.
5) Kawiradya, adalah pengetahuan tentang bahasa kawi yang berkaitan langsung dengan ciri-ciri dan karakter setiap tokoh wayang, terutama tokoh-tokoh utama, sehingga dalang memiliki kemampuan untuk memberikan ilustrasi setiap tokoh melalui bahasa kawi.
6) Antawacana, adalah pengetahuan tentang cara-cara menyusun wacana yang menjadi isi dari sebuah dialog, sehingga dalang memiliki kemampuan untuk menghidupkan dialog dalam suatu adegan. Dalam bahasa Sunda dialog wayang harus eces, jentre, merele dan merenah.
7) Renggep, yaitu pengetahuan tentang cara-cara mengolah retorika wacana, sehingga dalang memiliki kemampuan untuk menarik perhatian penonton.
8) Banyol (Jawa, Gecul), yaitu sifat humor, sehingga dalang memiliki kemampuan untuk menyegarkan alur cerita, sehingga cerita lebih dinamis.
9) Tutug, yaitu pengetahuan tentang cara-cara menuntaskan sebab akibat alur cerita, baik di setiap adegan, maupun ketuntasan dari awal sampai akhir.
10) Engès/mutiara (kelebihan/kepintaran dalang) dalam bahasa Jawa disebut Nges. Persoalan engès dalam pedalangan Sunda sangat berkaitan dengan konsep nyari.
11) Amardawalagu, artinya dalang harus menguasai lagu dan unsur-unsur dalam karawitan wayang seperti; titilaras, surupan, patet dan unsur musikalitas lainnya.
12) Sabet, artinya keterampilan dan kemahiran dalang dalam memainkan atau menggerakan wayang.
Posting Komentar