sangitaharmoni.com- Rebab Sunda sebagai waditra yang salah satu fungsinya sebagai pamurba lagu memiliki keunikan dari karakter bunyi atau suara rebab yang bisa berbeda-beda atau berubah-ubah. Karakter bunyi suara rebab tersebut bisa berbeda-beda karena pengaruh batok. Elemen-elemen yang termasuk batok rebab diantaranya kulit wangkis, tumpang sari, sisir, dampit, dan sapu tangan atau sejenisnya. Dalam atau dangkalnya bobokan sangat berpengaruh sekali terhadap hasil bunyi rebab yang dihasilkan. Jika batok dengan bobokan dalam maka bunyi karakter rebab akan ngosom atau ngagoronggong, sedangkan batok yang bobokannya dangkal maka bunyi yang dihasilkan oleh rebab tersebut akan heupeu atau tenge.
Berdasarkan beberapa sumber yang beredar di masyarakat, terdapat 3 warna atau karakter bunyi berdasarkan tipis/tebalnya diantaranya ngosom, gahar dan tenge, yang kemudian disimbolkan dengan dengan suara vokal misalnya ngosom disimbolkan dengan karakter suara O, gahar disimbolkan dengan karakter suara A, dan tenge disimbolkan dengan karakter suara E.
Permana (2011: 82) mengemukakan bahwa rebab mempunyai beberapa keunikan, di antara keunikan tersebut yaitu mengenai karakter bunyi rebab. Karakter bunyi rebab yang satu dengan yang lainnya berbeda-beda, karakter bunyi rebab diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Sora E atau Tenge, karakter bunyi yang dihasilkan yaitu cenderung seperti pelafalan hurup e', apabila diumpamakan kepada jenis suara manusia, seperti orang yang sedang influenza (mendengung). Mengenai bunyi karakter rebab sora E.
Lili Suparli mengatakan "ku sabab baheulamah can make microphone, sora rebab e mah kesanna teh bakal leuwih galak jeung tarik, jadi bisa kadenge" (oleh sebab dahulu belum memakai microphone, suara rebab e kesannya terasa lebih galak dan keras, jadi bisa terdengar).
Bunyi rebab yang mempunyai karakter E ternyata mempunyai jangkauan frekuansi lebih jauh, namun sesuai dengan perkembangan dengan adanya pengeras suara maka setiap juru rebab sudah mempunyai seleranya masing-masing mengenai karakter bunyi rebab.
2. Sora O atau ngosom/cowong/ngagoronggong, karakter bunyi yang dihasilkan yaitu cenderung tidak jelas jika diumpamakan seperti bergumam.
3. Sora A gahar dan sora A buleud halimpu. Sora A gahar karakter bunyi yang dihasilkan yaitu jelas, tajam, dan berisi. Sora A buleud, karakter bunyi yang dihasilkan yaitu jelas, halimpu, dan berisi.
4. Sora I ngik/heupeu leutik, karakter bunyi yang dihasilkan hampos seperti suara biola.
Selain Permana, pendapat lain oleh Triyana (2018 : 61-62) yang menemukan beberapa temuan baru, yaitu rebab dapat menghasilkan beberapa warna suara di luar konvensinya, di antaranya adalah:
a. Warna suara 'ou', yaitu warna suara yang lebih ngosom dari warna suara 'o' yang dihasilkan dengan memperjauh jarak peletakan antara sisir terhadap tumpang sari sekitar 2-3 cm dari jarak ideal², kemudian mengganjalkan kain pada ujung kawat rebab paling atas sehingga warna suara menjadi lebih doff (tidak bright).
b. Warna suara 'oa', yaitu warna suara ngosom yang mendekati warna suara gahar 'a' yang dihasilkan dengan memperjauh jarak peletakan antara sisir terhadap tumpang sari sekitar 1 - 1,5 cm dari jarak ideal. Warna suara ini berada di antara warna suara 'o' dan 'ao'.
c. Warna suara 'do', yaitu warna suara gahar yang mendekati warna suara ngosom '0' yang dihasilkan dengan memperjauh jarak peletakan sisir terhadap tumpang sari sekitar 0,5-1 cm dari jarak ideal. Warna suaraberada di antara warna suara 'a' dan 'éa'.
e. Warna suara 'éa', yaitu warna suara téngé yang mendekati warna suara SE gahar namun lebih bright dari pada warna suara 'ae' yang dihasilkan dengan mendekatkan jarak peletakan sisir terhadap tumpang sari sekitar 0,75 cm dari jarak ideal. Warna suara ini berada di antara warna suara 'ae' dan 'é
f. Warna suara 'éi', yaitu warna suara yang lebih téngé dari warna suara 'é' dengan mendekatkan jarak peletakan sisir terhadap tumpang sari sekitar 1 cm dari jarak ideal, sehingga jarak antara tumpang sari dan sisir adalah sekitar 0,5 cm. Warna suara ini merupakan yang paling bright dari warna suara lain.
Sumber Referensi
Permana, Rian. 2013. Kreativitas Uloh Abduloh Sebagai Seniman Rebab. Tesis Pengkajian Seni. ISBI Bandung
Triyana, Sofyan. 2018. Reang. Tesis Penciptaan Seni. ISBI Bandung
Posting Komentar