wYDCW47if6cKleiypRwqUq9HZh2kI0aAhad9DlQd
Bookmark

Kesenian Ketuk Tilu di Priangan

 

Kesenian Ketuk Tilu di Priangan
Ujian Tugas Akhir ISBI Bandung Minat Penyajian  Sinden Ketuk Tilu

Oleh : Euis  Karmila 

Kesenian Ketuk Tilu  merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Sesuai dengan namanya, istilah ketuk tilu diambil dari  salah satu parabot atau waditra  pengiringnya  bernama ketuk yang berjumlah 3 buah. Ketuk memiliki fungsi  sebagai ornamen tabuh  dan tempat jalannya  pengisian kenongan dan goongan, serta leotan-leotan  melodi rebab dan alunan  suara penyanyi/ sinden. Berdasarkan ketuk yang berjumlah 3 buah  itulah, makna  masyarakat  menyebut bentuk  kesenian  semacam ini adalah ketuk tilu. 

Instrumen Kesenian Ketuk Tilu di Priangan 

Instrumen atau waditra yang digunakan  dalam sajian ketuk tilu  adalah ketuk  yang berjumlah tiga buah. Selain ketuk, instrumen yang lain sebagai perangkat musik pengiring sajian  ketuk tilu  adalah kendang, goong,  rebab dan kecrek. Perangkat ini sangat sederhana namun  selalu dianggap  memiliki ' nilai kesederhanaan' pada beberapa aspek pertunjukannya.

Dalam Ketuk Tilu terdapat  struktur  yang tetap. Struktur tarian tersebut terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama  adalah biasa  disebut arang-arang  atau bubuka  atau disebut juga  nyorong. Bagian kedua isi lagu, misalnya  polostomo  naek geboy  atau gaplek  dan lain-lain. Bagian  ketiga  arang-arang panutup. Karawitan Ketuk Tilu  menyajikan  lagu  berdasarkan  struktur penyajian. 


Gambar Rebab Sunda
Rebab Sunda

Gambar Kendang Sunda
 Kendang Sunda

Goong Karawitan Sunda
Goong

Gambar Kecrek
Kecrek

Ketuk 3 buah (diambil dari bonang)

Perkembangan  karawitan Ketuk Tilu  dari taun ke tahun terus mengalami  perkembangan. Namun waditra yang utuh pun sesekali masih  dipergunakan. Penambahan waditra yang digunakan  dalam ketuk tilu  kemungkinan besar  setelah adanya perpaduan  dengan Tayuban. Penambahan waditra  diantaranya  dengan saron, bonang, peking, dan rincik. Kelengkapan gamelan  cenderung lebih  variatif  dan suasana lebih semarak.

Lagu yang digunakan dalam ketuk tilu adalah  kidung, kembang gadung, gaplek, sekar tandak, emprak kagok,erang,kararangge, cikeruhan, sulanjana, bardin, kembang beureum, berenuk, soloyong, dan lain-lain.

Ronggeng  Ketuk Tilu di Priangan 

Dalam kesenian ketuk tilu peran ronggeng sebagai pusat perhatian yang memiliki daya tarik tersendiri. Selain itu, Tarian ketuk tilu juga disebut sebagai cikal bakal  atau awal mula jaipongan. Dengan kata lain, jaipongan merupakan perkembangan dari kesenian ketuk tilu. 

Fungsi tarian ketuk tilu sebelum berkembang seperti sekarang, sebagai tarian ungkapan rasa syukur dan hiburan atas hasil panen. Di dalam penyajian ketuk tilu terdapat unsur tarian, nyanyian, dan tetabuhan. Tarian dan nyanyian disajikan oleh sosok perempuan yang disebut ronggeng . Ronggeng dalam ketuk tilu  mempunyai fungsi  sebagai  pembawa lagu  yang memberikan suasana  menjadi semarak  dan  memperjelas  maksud dari syair  lagu tersebut. Ia menjadi 'primadona' baik dalam  menyanyi maupun menari. Pada zaman kolonial, ronggeng sering dikaitan dengan 'prostitusi' karena dalam pertunjukannya peran ronggeng memikat penonton untuk ikut menari bersama dan memberikan saweran. Tak heran tempat pementasannya zaman dahulu dekat dengan 'kebon awi' atau semak-semak bambu. Jika diklaim sebagai prostitusi karena pementasannya sangat merakyat dan tempatnya pun juga  mendukung terjadinya  prostitusi. Jadi, istilah prostitusi memang sudah  ada sejak dulu dan dinobatkan sebagai pekerjaan tertua di dunia.

Ketuk tilu mempunyai peranan penting dalam berbudaya. Ronggeng menjadi pelaku utama  dalam ketuk tilu. Ronggeng  berperan sebagai  shaman atau pemimpin upacara yang diyakini  mampu menjadi  mediator  antar dunia atas dan  dunia bawah  dan mampu berkomunikasi dengan para leluhur. Seiring dengan perkembangan zaman,  ketuk tilu beralih fungsi menjadi  seni hiburan yang berorientasi  pada kepentingan ekonomi , yang sebelumnya digunakan dalam Kepentingan upacara. Mereka yang berprofesi menjadi ronggeng adalah untuk sumber penghasilan atau  mencari uang  untuk menopang kehidupan. Fungsi inilah yang lebih dikenali oleh masyarakat Priangan. 

 

Kesenian Ketuk Tilu di Priangan
Interaksi Ronggeng dan Masyarakat

Kesenian Ketuk Tilu di Priangan
Ronggeng Ketuk Tilu Zaman Dahulu


Kapan munculnya ketuk tilu belum diketahui secara pasti  yang memuat hal itu. Ketuk tilu merupakan  seni tari  yang relatif usianya  cukup tua , kemungkinan besar  kehadirannya  erat kaitannya dengan  kebutuhan upacara. Karena sosok ronggeng  merupakan  unsur yang paling esensi dalam ketuk tilu. Ronggeng merupakan  sosok perempuan  yang identik  dengan shaman (dukun, pemimpin upacara) pada masyarakat masih diliputi pikiran mistis. 

Sujana (1996) mengatakan bahwa  masyarakat agraris  yang menjadikan ronggeng  sebagai lambang kesuburan. Dengan demikian  diduga kuat bahwa ketuk tilu  pada awalnya  dilakukan untuk kebutuhan  upcara  ritual kesuburan. Sisa- sisa Kegiatan Ketuk Tilu  yang dikaitkan  dengan upacara, hingga  kini  masih dapat di lihat. Misalnya di daerah  paneungteung, Desa Parongpong kabupaten bandung barat, Ketuh Tilu  masih disajikan  dalam upqcara  minta hujan, ngalokat cai, dan upacara hajat bumi.

 Dalam sajian  ketuk tilu  terdapat beberapa unsur  yang menjadi pusat perhatian, yaitu spontanitas, seronok, dan humoris baik di dalam gerak maupun  syair lagunya. Tidak heran apabila dalam sajian  Ketuk Tilu penonton bisa  terbahak- bahak  melihat  kelakuan  para pengibing yang lucu. 

Kesenian ketuk tilu di Priangan sudah banyak mengalami perkembangan menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Karena pada hakikatnya seni memang harus beradaptasi. Bukan berarti menghilangkan yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi  walaupun mengalami banyak perkembangan kesenian yang dahulu esensinya tetap pada porsinya sebagai konvensi. Dengan adanya pengembangan secara tidak langsung mengenali bahwa ada dan hidup dikenal jauh lebih baik daripada  tenggelam hilang begitu saja.


*Untuk saran tulisan, tema, topik terbaik silahkan tinggalkan di kolom komentar, Terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca*

Posting Komentar

Posting Komentar