Ujian Tugas Akhir ISBI Bandung Minat Penyajian Sinden Ketuk Tilu |
Oleh : Euis Karmila
Kesenian Ketuk Tilu merupakan salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Jawa Barat. Sesuai dengan namanya, istilah ketuk tilu diambil dari salah satu parabot atau waditra pengiringnya bernama ketuk yang berjumlah 3 buah. Ketuk memiliki fungsi sebagai ornamen tabuh dan tempat jalannya pengisian kenongan dan goongan, serta leotan-leotan melodi rebab dan alunan suara penyanyi/ sinden. Berdasarkan ketuk yang berjumlah 3 buah itulah, makna masyarakat menyebut bentuk kesenian semacam ini adalah ketuk tilu.
Instrumen Kesenian Ketuk Tilu di Priangan
Instrumen atau waditra yang digunakan dalam sajian ketuk tilu adalah ketuk yang berjumlah tiga buah. Selain ketuk, instrumen yang lain sebagai perangkat musik pengiring sajian ketuk tilu adalah kendang, goong, rebab dan kecrek. Perangkat ini sangat sederhana namun selalu dianggap memiliki ' nilai kesederhanaan' pada beberapa aspek pertunjukannya.
Dalam Ketuk Tilu terdapat struktur yang tetap. Struktur tarian tersebut terdiri dari 3 bagian. Bagian pertama adalah biasa disebut arang-arang atau bubuka atau disebut juga nyorong. Bagian kedua isi lagu, misalnya polostomo naek geboy atau gaplek dan lain-lain. Bagian ketiga arang-arang panutup. Karawitan Ketuk Tilu menyajikan lagu berdasarkan struktur penyajian.
Rebab Sunda |
Kendang Sunda |
Goong |
Kecrek |
Ketuk 3 buah (diambil dari bonang) |
Perkembangan karawitan Ketuk Tilu dari taun ke tahun terus mengalami perkembangan. Namun waditra yang utuh pun sesekali masih dipergunakan. Penambahan waditra yang digunakan dalam ketuk tilu kemungkinan besar setelah adanya perpaduan dengan Tayuban. Penambahan waditra diantaranya dengan saron, bonang, peking, dan rincik. Kelengkapan gamelan cenderung lebih variatif dan suasana lebih semarak.
Lagu yang digunakan dalam ketuk tilu adalah kidung, kembang gadung, gaplek, sekar tandak, emprak kagok,erang,kararangge, cikeruhan, sulanjana, bardin, kembang beureum, berenuk, soloyong, dan lain-lain.
Ronggeng Ketuk Tilu di Priangan
Dalam kesenian ketuk tilu peran ronggeng sebagai pusat perhatian yang memiliki daya tarik tersendiri. Selain itu, Tarian ketuk tilu juga disebut sebagai cikal bakal atau awal mula jaipongan. Dengan kata lain, jaipongan merupakan perkembangan dari kesenian ketuk tilu.
Fungsi tarian ketuk tilu sebelum berkembang seperti sekarang, sebagai tarian ungkapan rasa syukur dan hiburan atas hasil panen. Di dalam penyajian ketuk tilu terdapat unsur tarian, nyanyian, dan tetabuhan. Tarian dan nyanyian disajikan oleh sosok perempuan yang disebut ronggeng . Ronggeng dalam ketuk tilu mempunyai fungsi sebagai pembawa lagu yang memberikan suasana menjadi semarak dan memperjelas maksud dari syair lagu tersebut. Ia menjadi 'primadona' baik dalam menyanyi maupun menari. Pada zaman kolonial, ronggeng sering dikaitan dengan 'prostitusi' karena dalam pertunjukannya peran ronggeng memikat penonton untuk ikut menari bersama dan memberikan saweran. Tak heran tempat pementasannya zaman dahulu dekat dengan 'kebon awi' atau semak-semak bambu. Jika diklaim sebagai prostitusi karena pementasannya sangat merakyat dan tempatnya pun juga mendukung terjadinya prostitusi. Jadi, istilah prostitusi memang sudah ada sejak dulu dan dinobatkan sebagai pekerjaan tertua di dunia.
Ketuk tilu mempunyai peranan penting dalam berbudaya. Ronggeng menjadi pelaku utama dalam ketuk tilu. Ronggeng berperan sebagai shaman atau pemimpin upacara yang diyakini mampu menjadi mediator antar dunia atas dan dunia bawah dan mampu berkomunikasi dengan para leluhur. Seiring dengan perkembangan zaman, ketuk tilu beralih fungsi menjadi seni hiburan yang berorientasi pada kepentingan ekonomi , yang sebelumnya digunakan dalam Kepentingan upacara. Mereka yang berprofesi menjadi ronggeng adalah untuk sumber penghasilan atau mencari uang untuk menopang kehidupan. Fungsi inilah yang lebih dikenali oleh masyarakat Priangan.
Interaksi Ronggeng dan Masyarakat |
Ronggeng Ketuk Tilu Zaman Dahulu |
Kapan munculnya ketuk tilu belum diketahui secara pasti yang memuat hal itu. Ketuk tilu merupakan seni tari yang relatif usianya cukup tua , kemungkinan besar kehadirannya erat kaitannya dengan kebutuhan upacara. Karena sosok ronggeng merupakan unsur yang paling esensi dalam ketuk tilu. Ronggeng merupakan sosok perempuan yang identik dengan shaman (dukun, pemimpin upacara) pada masyarakat masih diliputi pikiran mistis.
Sujana (1996) mengatakan bahwa masyarakat agraris yang menjadikan ronggeng sebagai lambang kesuburan. Dengan demikian diduga kuat bahwa ketuk tilu pada awalnya dilakukan untuk kebutuhan upcara ritual kesuburan. Sisa- sisa Kegiatan Ketuk Tilu yang dikaitkan dengan upacara, hingga kini masih dapat di lihat. Misalnya di daerah paneungteung, Desa Parongpong kabupaten bandung barat, Ketuh Tilu masih disajikan dalam upqcara minta hujan, ngalokat cai, dan upacara hajat bumi.
Dalam sajian ketuk tilu terdapat beberapa unsur yang menjadi pusat perhatian, yaitu spontanitas, seronok, dan humoris baik di dalam gerak maupun syair lagunya. Tidak heran apabila dalam sajian Ketuk Tilu penonton bisa terbahak- bahak melihat kelakuan para pengibing yang lucu.
Kesenian ketuk tilu di Priangan sudah banyak mengalami perkembangan menyesuaikan dengan kondisi saat ini. Karena pada hakikatnya seni memang harus beradaptasi. Bukan berarti menghilangkan yang sudah ada sebelumnya, akan tetapi walaupun mengalami banyak perkembangan kesenian yang dahulu esensinya tetap pada porsinya sebagai konvensi. Dengan adanya pengembangan secara tidak langsung mengenali bahwa ada dan hidup dikenal jauh lebih baik daripada tenggelam hilang begitu saja.
*Untuk saran tulisan, tema, topik terbaik silahkan tinggalkan di kolom komentar, Terimakasih telah meluangkan waktu untuk membaca*
Posting Komentar