Proses Pembuatan Musik MIDI (Dok. Arita Bagja ) |
Oleh: Arita Bagja DM
sangitaharmoni.com- Selera setiap orang bisa berubah-ubah dan bahkan berkembang sesuai dengan pengalaman estetik yang dialaminya terutama dalam berkesenian. Berkaitan dengan hal tersebut, era yang serba digital, perkembangan teknologi musik khususnya tari memberikan nuansa trend baru yang memberikan penawaran serta inovasi sebagai alternatif yang lebih kreatif dan fleksibel bagi para konten kreator maupun seniman yang terlibat di dalamnya. Salah satu teknologi yang kini banyak digunakan adalah MIDI, sebuah sistem komunikasi antar perangkat musik digital yang memungkinkan sinkronasi dan kontrol suara yang lebih luas. Penggunaan sampling dalam perangkat lunak musik berbasis komputer telah menciptakan warna baru dalam eksplorasi bunyi. Tren ini semakin berkembang dan kini banyak dipilih sebagai solusi praktis dalam menciptakan musik iringan tari.
Proses latihan musik MIDI sebagai iringan tari (Dok. Arita Bagja) |
Musik iringan tari memiliki peran penting dalam membangun atmosfer, mendukung ekspresi gerak, serta menjaga ritme dalam sebuah pertunjukan. Seiring kemajuan teknologi, Musical Instrumen Digital Interface (MIDI) semakin popular sebagai alternatif dalam produksi musik tari. Teknologi ini memberikan fleksibilitas bagi komposer dalam mengontrol dan menyusun suara secara presisi. Namun, meskipun menawarkan kemudahan, MIDI juga memiliki keterbatasan atau kekurangan yang dapat memengaruhi pengalaman artistik dalam pertunjukan tari.
Sekilas Tentang Musik MIDI
MIDI
diperkenalkan pada tahun 1983 dan telah menjadi standar dalam produksi musik
digital (Huber & Runstein, 2013). MIDI (Musical
Instrument Digital Interface) adalah teknologi yang memungkinkan pengolahan
berbagai jenis suara dalam satu aplikasi, termasuk instrumen-instrumen yang
disediakan oleh perangkat musik digital. Dengan MIDI, beberapa instrumen dapat
dikombinasikan dalam satu sistem, menciptakan efisiensi dalam produksi musik.
Teknologi ini juga memungkinkan kontrol yang lebih terstruktur dalam pemantauan
suara, sehingga kualitas kejernihan dan ketepatan audio dapat dioptimalkan
dalam proses pembuatan dan pengeditan musik.
Produksi musik iringan digital telah menjadi topik kajian dalam berbagai penelitian. Studi yang dilakukan oleh Tri Sat Fitriani dan Asep Saepudin (2022) dalam penelitian berjudul “MIDI sebagai Inovasi dan Alternatif Iringan Tari di Masa Pandemi” mengungkapkan bahwa penggunaan musik iringan digital dapat meningkatkan efektivitas dan efisiensi produksi dengan mengurangi kebutuhan jumlah musisi. Hal ini berimplikasi pada penghematan biaya dalam proses penciptaan tari. sementara itu, studi yang dilakukan oleh Anon Suneko dan Aneng Kiswantoro (2018) dalam penelitian berjudul “Kontribusi Teknologi Musik dalam Iringan Tari Kreasi Baru di Yogyakarta” mengungkapkan bahwa penggunaan MIDI dalam musik iringan tari kreasi baru menunjukan dampak signifikan, memungkinkan fleksibilitas dalam menggubah dan mengedit musik. Sejak 1980-an, tokoh seperti Sapto Raharjo dan Otok Bima Sidharta mulai menggabungkan teknologi musik dengan gamelan tradisional, menciptakan perpaduan antara musik tradisional dan modern. Pada 2000-an, Budi Pramono lebih lanjut mengembangkan penggunaan MIDI dalam proyek berbasis gamelan. Fenomena ini juga memengaruhi dunia tari, di mana penggunaan MIDI memungkinkan eksplorasi bunyi yang lebih luas, menjadikan instrumen tradisional lebih fleksibel dan adaptif terhadap tren musik masa kini.
Kemunculan Musik MIDI sebagai Iringan Tari
Beberapa faktor utama yang mendukung kemunculan musik midi yang digunakan sebagai iringan tari di antaranya;
1. Perkembangan Teknologi Digital
Collins (2010) mengatakan bahwa penggunaan perangakat lunak Digital Audio Workstation (DAW) seperti Ableton Live, Logic Pro, Cubase, dan Studio One memberikan kemudahan bagi komposer untuk menciptakan musik berbasis MIDI dengan beragam suara tanpa memerlukan instrumen fisik. Perangkat lunak ini memungkinkan komposer untuk mengakses berbagai pilihan suara yang tersedia dalam aplikasi, yang dapat diubah, disesuaikan, dan disusun sesuai dengan kebutuhan komposisi. Dengan adanya DAW, proses penciptaan musik menjadi lebih efisien dan fleksibel, memungkinkan komposer untuk berkesperimen dengan berbagai jenis instrumen dan efek suara tanpa keterbatasan fisik sehingga memperluas ruang kreasi musik secara signifikan.
2. Efisiensi dalam Produksi dan Pertunjukan
Musik MIDI menawarkkan kemudahan dalam produksi musik tanpa memerlukan keterlibatan musisi secara langsung. Dalam konteks pertunjukan, teknologi ini memberikan stabilitas yang lebih besar pada tempo dan dinamika musik, mengurangi ketergantungan pada musisi live. Hal ini memungkinkan pengaturan tempo yang konsisten dan pengendalian dinamika yang lebih presisi, sehingga menciptakan suasana yang lebih terjaga selama pertunjukan. Begitupun pendapat Roads pada tahun 1996 yang menyatakan bahwa penggunaan MIDI dalam produksi musik juga memungkinkan komposer untuk merancang komposisi dengan kontrol penuh atas elemen-elemen tersebut, tanpa batasan yang biasanya ditentukan oleh keterampilan atau kondisi musisi.
3. Eksplorasi Sonik yang Luas
Kemudahan dari MIDI pada pengaplikasiannya memberikan akses ke berbagai instrumen virtual dan sintesis suara, yang memungkinkan eksplorasi sonik yang lebih luas dalam komposisi musik untuk tari. dengan menggunakan teknologi ini, komposer dapat menciptakan berbagai suara dan tekstur yang sebelumnya sulit dicapai menggunakan instrumen fisik. Pendapat Holland (2013) yang menyimpulkan bahwa kemampuan untuk mengatur dan menyesuaikan suara melalui sintesis membuka peluang baru dalam penciptaan atmosfer musikal yang lebih beragam dan inovatif, sesuai dengan kebutuhan ekspresi koreografi yang terus berkembang.
Keunggulan teknologi MIDI dalam penciptaan musik menjadikannya semakin popular, tidak hanya di kalangan musisi tetapi juga di ranah seni lainnya. Seniman dengan latar belakang tradisi, khususnya dalam seni Karawitan, mulai memanfaatkan kecanggihan teknologi ini sebagai sarana untuk menuangkan gagasan atau ide musikal. MIDI memungkinkan eksplorasi yang luas, baik dalam konteks musik tradisional, modern, maupun perpaduan keduanya, sehingga membuka peluang baru dalam pengembangan karya yang lebih inovatif. Dalam pertunjukan tari, MIDI memberikan fleksibilitas dalam mengatur dan memodifikasi musik dengan presisi, sehingga dapat disesuaikan secara optimal dengan kebutuhan koreografi dan dinamika gerakan penari (Dean, 2018).
4. Penggabungan dengan Teknologi Interaktif
Penggabungan dengan teknologi interaktif telah menjadi bagian penting dalam pertunjukan tari, di mana MIDI digunakan untuk mengontrol berbagai elemen visual dan pencahayaan secara dinamis. Teknologi ini memungkinkan adanya interaksi secara real-time antara gerakan penari dan aspek visual yang ada di sekitar mereka, menciptakan pengalaman pertunjukan yang lebih imersif dan responsif. Dengan MIDI, elemen-elemen seperti pencahayaan dan efek visual dapat disesuaikan secara langsung dengan perubahan gerakan, memberi ruang bagi koreografer dan komposer untuk mengolah elemen-elemen tersebut secara lebih kreatif. Hal ini membuka peluang baru dalam penciptaan seni pertunjukan yang lebih inovatif dan terhubung erat dengan teknologi modern (Bevilacqua et al.,2007)
Kelebihan Musik MIDI dalam Pertunjukan
Seperti yang sudah diketahui bahwa, setiap karya pasti memiliki kelebihan dan kekurangan. Beberapa kelebihan penggunaan musik midi di antaranya:
1. Fleksibilitas dalam Pengolahan Musik
MIDI memungkinkan penyesuaian berbagai aspek musik, seperti tempo, dinamika, dan pilihan instrumen, agar selaras dengan kebutuhan koreografi tari. Dengan fitur fleksibel ini, komposer dapat dengan mudah mengatur elemen musikal untuk mendukung ekspresi gerak dan menciptakan harmoni antara musik dan tari. Kemampuan MIDI dalam mengatur kecepatan serta intensitas suara memberikan kebebasan dalam membangun atmosfer yang sesuai dengan suasana pertunjukan. Hal ini menjadikan MIDI sebagai alat yang efektif dalam mengadaptasi musik secara dinamis agar mengikuti perubahan dalam gerakan tari (Moore, 2016)
2. Kemudahan dalam Rekaman dan Editing
MIDI memberikan kemudahan bagi komposer dalam proses produksi musik dengan memungkinkan pengeditan detail tanpa harus melakukan perekaman ulang. Setiap elemen musik, seperti nada, tempo, dan dinamika, dapat disesuaikan secara fleksibel tanpa perlu mengulang keseluruhan komposisi. Kemampuan ini tidak hanya menghemat waktu dan tenaga, tetapi juga memberikan keleluasaan dalam mengeksplorasi berbagai kemungkinan musikal untuk menciptakan iringan tari yang lebih dinamis dan sesuai dengan kebutuhan artistik. Dengan fitur ini, MIDI menjadi alat yang efisien dalam pengolahan musik digital, mendukung kreativitas komposer dalam menciptakan karya yang presisi dan berkualitas (Hoskyns, 2012).
3. Biaya Produksi yang Lebih Efisien
Pemanfaatan MIDI dalam produksi musik menawarkan solusi yang lebih hemat biaya dengan mengurangi ketergantungan pada studio rekaman dan kebutuhan akan musisi tambahan. Dengan teknologi ini, komposer dapat menciptakan, mengedit, dan mengatur musik secara digital tanpa harus menyewa ruang studio atau mengorganisir sesi rekaman langsung. Selain efisiensi finansial, MIDI juga memberikan fleksibilitas dalam eksplorasi suara, memungkinkan penciptaan komposisi yang lebih bervariasi tanpa batasan instrumen fisik. Hal ini menjadikannya pilihan praktis dalam produksi musik iringan tari yang membutuhkan adaptasi cepat terhadap perubahan koreografi dan konsep pertunjukan.
4. Konsistensi dalam Pertunjukan
Dalam pertunjukan tari, musik iringan harus selalu sesuai dengan koreografi, baik dalam tempo, dinamika, maupun struktur musikalnya. Dengan sistem digital yang terprogram, musik tetap stabil dalam tempo, dinamika, dan susunan nada, sehingga tidak mengalami perubahan yang bisa mengganggu pertunjukan. Hal ini memudahkan penari untuk menyesuaikan gerakan dengan musik yang selalu sama, tanpa khawatir adanya perbedaan yang tidak diinginkan. Oleh karena itu, MIDI menjadi pilihan praktis untuk pertunjukan tari yang memerlukan iringan musik yang tetap dan terkontrol.
5. Eksplorasi Bunyi yang Lebih Luas
MIDI memungkinkan eksplorasi suara yang sulit diwujudkan dengan instrumen akustik, seperti penciptaan lanskap suara elektronik dan efek eksperimental. Dengan fleksibilitas dalam manipulasi bunyi, komposer dapat menghasilkan tekstur dan atmosfer yang unik, memperluas kemungkinan ekspresi musik dalam iringan tari.
Kekurangan Musik MIDI sebagai Iringan Pertunjukan
Resiko ketika membuat karya pasti akan selalu ada, baik itu secara sengaja maupun alamiyah terjadi begitu saja. Oleh karena itu, ketika membuat suatu karya hal yang harus dipikirkan bukan hanya berorientasi pada kelebihan, melainkan juga menerima setiap resiko atau kekurangan yang akan terjadi. Beberapa kekurangan musik midi sebagai berikut.
1. Kurangnya Keaslian dan Nuansa Humanis
Jika tidak diprogram dengan cermat, MIDI dapat menghasilkan suara yang terasa kaku dan kurang organik, sehingga mengurangi nuansa ekspresif yang biasanya muncul dalam permainan musik secara langsung. Hal ini disebabkan oleh sifat digital yang bekerja dengan parameter tetap, berbeda dengan musisi live yang mampu memberikan variasi dinamis secara alami dalam tempo, artikulasi, dan intensitas permainan.
2. Keterbatasan dalam Improvisasi
Karena MIDI umumnya diprogram terlebih dahulu, fleksibilitasnnya dalam menyesuaikan dengan perubahan spontan selama pertunjukan tari menjadi terbatas. Hal ini membuatnya kurang responsif terhadap improvisasi yang sering kali menjadi elemen penting dalam pertunjukan langsung, di mana musisi dan penari dapat saling menyesuaikan secara intuitif.
3. Ketergantungan pada Teknologi
Stabilitas sistem MIDI sangat tergantung pada kualitas perangkat lunak dan perangkat keras yang digunakan. Jika terjadi gangguan teknis, hal tersebut dapat memengaruhi jalannya pertunjukan secara signifikan, menganggu keselarasan antara musik dan tari.
4. Potensi Keterasingan dari Unsur Budaya
Dalam konteks tari tradisional, penggunaan MIDI sering kali dipandang kurang autentik jika dibandingkan dengan musik yang dihasilkan secara langsung menggunakan alat musik akustik. Hal ini terkait dengan nilai historis dan budaya yang terkandung dalam permainan musik tradisional yang lebih terasa hidup dan organik.
5. Tantangan dalam Sinkronasi dengan Gerakan Tari
Perbedaan antara ritme yang dihasilkan secara digital dan gerakan penari yang lebih alami dapat menciptakan ketidakseimbangan dalam pertunjukan. Ritme yang terprogram dalam sistem MIDI, yang cenderung tetap dan teratur, mungkin tidak selalu cocok dengan gerakan penari yang sering kali lebih spontan dan mengikuti ritme tubuh secara intuitif. Hal ini dapat menyulitkan sinkronasi antara musik dan tari, mengurangi keharmonisan yang diharapkan dalam sebuah pertunjukan.
Sampai pada kesimpulan bahwa penggunaan musik MIDI dalam iringan tari telah membawa perubahan signifikan dalam cara bagaimana musik diproduksi dan disajikan. Fleksibilitas, efisiensi, dan kemampuan untuk mengeksplorasi berbagai jenis bunyi menjadikannya alat yang sangat berguna dalam produksi musik tari. Meski begitu, tantangan seperti kurangnya ekspresi manusiawi, keterbatasan dalam improvisasi, dan ketergantungan pada teknologi tetap menjadi hal yang perlu diperhatikan. Sebagai solusi, pendekatam yang ideal adalah dengan menggabungkan MIDI bersama musik live atau menggunakan teknik pemrograman yang lebih ekspresif. Dengan terus berkembangnya teknologi, MIDI memiliki potensi untuk beradaptasi lebih lanjut dan menawarkan pengalaman artistik yang lebih mendalam dalam seni tari.
Referensi:
Suneko, A, & Kiswanto, A. (2018). Kontribusi Teknologi Musik dalam Iringan Tari Kreasi Baru diYogyakarta. ISI Yogyakarta
Fitriani, T.S., & Saepudin, A. (2022). Midi Sebagai Inovasi dan Alternatif Musik Iringan Tari di Masa Pandemi. Melayu Arts and Performance Journal, 5(1), 85-96
Huber, D. M., & Runstein, R. E. (2013). Modern Recording Techniques (8th ed.). Focal Press
Dean, R. T. (2018). The Oxford Handbook of Algorithmic Music. Oxford University Press.
Collins, N. (2010). Introduction to Computer Music. Wiley.
Roads, C. (1996). The Computer Music Tutorial. MIT Press.
Holland, S., Wilkie, K., Mulholland, P., & Seago, A. (2013). Music and Human-Computer Interaction. Springer.
Bevilacqua, F., Schnell, N., & Röbel, A. (2007). Wireless sensor interface and gesture-follower for music pedagogy. International Conference on New Interfaces for Musical Expression (NIME).
Moore, A. (2016). Sonic Art: An Introduction to Electroacoustic Music Composition. Routledge.
Hoskyns, B. (2012). Into the Groove: The Story of Sound from Tin Pan Alley to iTunes. Faber & Faber.
Editor: Euis Kar
Posting Komentar